Kamu Harus Kuat
(Oleh: Siti Hardijanti Rukmana)
Pagi itu saya berpakaian rapi dan resmi, karena pagi itu bapak akan menyampaikan pidato berhentinya dari Presiden di istana Merdeka. Di Cendana saya menemui bapak yang sudah duduk di ruang keluarga.
Bapak melihat saya berpakaian rapi bertanya pada saya: “arep nang endi kowe (mau kemana kamu).”
“Mau nderek (ikut) bapak ke istana,” saya menjawab lirih.
Bapak agak kaget, lalu beliau mengatakan: ”Kamu di rumah saja, ini acara resmi kenegaraan.”
“Tapi saya mau ikut bapak,” saya bersikeras memohon.
“Lihat di TV saja nanti, kan sama saja, lagi pula ini bukan acara keluarga,” bapak pun bersikeras.
Saya tetap pada pendirian saya: “Kali ini saya mau ikut bapak, saya mau menemani bapak.”
“Kamu nanti nggak kuat mendengarnya,” bapak menjelaskan.
“In sya Allah saya kuat pak, saya ikut ya pak,” saya memohon.
Akhirnya bapak mengizinkan saya ikut ke istana. Sampai di istana bapak menuju ruang keluarga sambil menunggu waktu upacara dilaksanakan. Tidak lama kemudian, Ajudan dan Protokol istana masuk ruangan memberi tahu bahwa acara segera dimulai. Bapak berdiri lalu berjalan menuju ruang upacara. Sayapun berdiri ikut berjalan di belakang bapak.
Melihat saya ikut, bapak berhenti sambil berkata : “Kamu tunggu di sini saja wuk. Biar bapak sendiri.”
Saya jawab : “Tidak pak, saya ikut, saya mau menemani bapak terus.”
“Bapak kan sudah bilang ini acara kenegaraan, jadi kamu tunggu disini saja.”
“Saya nggak mau bapak sendiri, saya mau menemani bapak.”
“Ini bukan acara keluarga, tidak ada keluarga yang boleh ikut, kowe nunggu ning kene wae (kamu nunggu di sini saja). Dan nanti kamu nggak kuat, malah nggak baik jadinya.”
Karena bapak selalu berbicara bahwa ini bukan acara keluarga, akhirnya saya menyampaikan satu kenyataan yang mungkin bapak lupa :
“Bapak… saya tahu bahwa ini bukan acara keluarga, tapi saya tetap akan ikut dengan bapak sebagai putri bapak, tapi bapak jangan lupa bahwa hingga saat ini saya masih Menteri bapak, jadi saya akan ikut juga sebagai salah seorang pembantu bapak, izinkan saya mendampingi bapak.”
Mendengar jawaban saya, bapak memandang saya agak lama, lalu berkata : “Ya sudah, tapi kamu harus kuat ya.”