Kearifan Lokal Mampu Minimalisir Korban Jiwa Saat Bencana
Editor: Mahadeva WS
PADANG – Kearifan local yang berkembang di tengah masyarakat, mampu untuk meminimalisir jatuhnya korban ketika terjadi sebuah bencana. Kearifan lokal yang dimaksud adalah, kesadaran masyarakat untuk menghindar dan bukan mendatangi lokasi bencana.
Hal tersebut disampaikan, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan ke-5 di Convetions Hall Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Rabu (2/5/2018). “Jadi kearifan lokal mampu mencegah bertambahnya jumlah korban jiwa saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami,” kata Wapres.
Wapres menceritakan pengalamannya menangani korban bencana tsunami di Aceh pada 2004. Saat itu, masyarakat pulau Simeuleu yang ketika terjadi gempa berlari mengungsi menuju ketempat yang lebih tinggi. Hal itu berbeda dengan yang dilakukan masyarakat Kota Banda Aceh. Warga Aceh saat terjadi tsunami lebih banyak berada di bibir pantai untuk mencari ikan.
Sementara apabila dilihat dari sejarah Indonesia modern, ada tiga gempa dan tsunami besar yang terjadi di Indonesia, yaitu tsunami Aceh di 2004, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2007 dan gempa bumi yang terjadi di Sumbar pada 2009. “Dari rentetan sejarah bencana itu, jika dilihat dari segi bentuk bangunan yang bisa membuat manusia meninggal akibat tertimpa bangunan, mengalami perbedaan disetiap daerah,” jelasnya.
Pada gempa bumi di Yogyakarta pada 2007 lalu, saat itu atap rumah penduduk terbuat dari genteng. Apabila bumi berguncang, maka atap berjatuhan dan menimpa pemilik rumah. Hal tersebutlah yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sementara di Sumbar, atap rumah penduduk dari seng, yang ketika runtuh dan menimpa tidak menimbulkan korba jiwa. Hanya saja di Sumbar, yang menyebabkan banyak korban adalah karena tertimpa bangunan.