Mengenal Tradisi Nyongkolan Masyarakat Lombok

Editor: Satmoko

LOMBOK – Nyongkolan pada masyarakat suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi acara budaya yang seringkali dilakukan pasangan yang menikah sebagai rangkaian acara penutupan usai melaksanakan acara begawe merariq (pesta pernikahan) dilaksanakan.

Nyongkolan sendiri merupakan acara mengantar pasangan pengantin untuk bejango (silaturahmi) secara beramai – ramai, melibatkan remaja, anak muda hingga orang tua dari rumah pengantin laki – laki menuju mempelai perempuan diiringi musik tradisional gendang beleq atau kecimol.

Dalam acara nyongkolan, pasangan pengantin dirias sedemikian rupa menggunakan pakaian adat khas suku Sasak Lombok. Demikian juga warga yang mendampingi memakai pakaian adat berupa kebaya lambung dan payasan. Ini bagi perempuan dan sapu, leang, serta bebet bagi laki – laki.

Sementara dari keluarga pihak mempelai perempuan, salah satu tradisi yang biasa dilakukan dalam setiap acara nyongkolan adalah tradisi ngaluq (menyambut) pasangan pengantin dan warga pengantar dari desa mempelai laki-laki yang pergi menikah.

Ngaluq merupakan tradisi menyambut pengantin dari keluarga pihak perempuan menggunakan pakaian adat juga, sebagai bentuk suka cita atas pernikahan mempelai perempuan dengan pasangannya,” kata Lina, warga Kabupaten Lombok Tengah, Minggu (6/5/2018).

Dalam tradisi ngaluq, kata Usni, rombongan muda mudi yang ditugaskan keluarga mempelai perempuan biasa membawa aneka makanan, buah hingga minuman segar untuk disuguhkan kepada pasangan pengantin dan warga pengantar

Ngaluq terhadap pasangan pengantin biasa dilakukan satu atau dua kilometer dari rumah mempelai perempuan. Dalam tradisi ini bagi keluarga pengantin perempuan yang mampu, biasa akan menyewa gendang beleq, sebagai musik mengiringi acara ngaluq tersebut.

Lihat juga...