Perajin Tempe dan Tahu di Bojonegoro Minta IPAL
BOJONEGORO – Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meminta pemerintah kabupaten (pemkab) menambah instalasi pengolahan air limbah (IPAL), karena keberadaan satu unit IPAL yang ada belum menjangkau seluruh perajin tahu.
“IPAL yang ada sekarang hanya dimanfaatkan untuk mengolah sekitar 30 perajin tahu, termasuk untuk limbah rumah tangga warga yang ada di sekitarnya,” kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe, di Bojonegoro, Arifin, Selasa (1/5/2018).
Padahal, menurut dia, di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, yang menjadi sentra industri tahu juga tempe di daerah setempat terdapat lebih dari 100 perajin tahu.
“Kalau ada tambahan IPAL lagi bisa ditempatkan di dekat IPAL yang sekarang ada, sebab tanahnya masih luas,” ucapnya.
Ia mengaku sudah menyampaikan tambahan satu unit IPAL lagi, tetapi hanya memperoleh gambaran pengadaan IPAL akan dikerjakan 2018.
“Tapi, sampai sekarang belum ada tanda-tanda tambahan IPAL dikerjakan,” ujarnya.
Ia menambahkan, limbah perajin tahu di daerah setempat yang tidak diolah melalui IPAL langsung masuk ke Bengawan Solo.
Dari data yang diperoleh menyebutkan satu unit IPAL yang sekarang sudah terpasang dibangun dengan biaya Rp8,454.987.000.
IPAL di lokasi setempat sudah difungsikan sejak 22 Desember 2017 untuk mengolah limbah industri tahu dan limbah rumah tangga 58 rumah di Kelurahan Ledokkulon. Limbah industri tahu dan rumah tangga yang diolah melalui IPAL ini rata-rata sekitar 30 meter kubik/hari.
Kepala Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Pemkab Bojonegoro, Welly Fitrama, membenarkan pemkab akan menambah satu unit IPAL tahu di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota.