Warisan Kearifan Sistim Pertanian Pak Harto di Guwosari
Editor: Mahadeva WS
YOGYAKARTA – Memimpin NKRI selama 32 tahun lebih, Presiden RI ke 2 HM Soeharto, telah meninggalkan begitu banyak warisan penting bagi kemajuan Indonesia saat ini.
Kebijakan yang diterapkan Pak Harto secara khusus di sektor pertanian, mampu menjadikan Indonesia mencapai swasembada beras di 1984. Dan hingga saat ini, berbagai kebijakan Pak Harto di sektor pertanian itu masih bisa dirasakan manfaatnya.
Tidak saja terkait infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi, namun juga sejumlah kearifan pengelolaan sistim pertanian. Salah satunya seperti terlihat di Dusun Dukuh, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Dimulai sejak eranya Pak Harto, para petani di dusun tersebut telah menjalankan sistim pertanian yang mendasar pada kearifan setempat.
Para petani secara bersama menyepakati satu pola tanam tertentu untuk kebaikan bersama. Hal itu terus berjalan, meski tanpa ada peraturan tertulis yang mengikat seluruh petani. “Di dusun ini ada sekitar 8-9 hektar lahan pertanian. Lahan itu dibagi dalam tiga blok. Pada puncak musim kemarau antara Mei-Juni, hanya dua blok saja yang boleh menanam padi. Sementara satu blok harus menanam palawija,” ujar salah seorang petani setempat, Parmono (48), Kamis (31/5/2018).
Di puncak musim kemarau tahun berikutnya, petani yang berada di blok lain, secara bergantian akan menanam palawija. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun, seluruh petani di tiga blog, akan merasakan menanam palawija sekali dalam sembilan kali musim tanam.
“Jadi misalnya tahun pertama, blok ini yang menerapkan pola padi, padi, palawija. Sedangkan dua blok lain padi, padi, padi. Tahun kedua gantian blok lain yang menerapkan padi, padi, palawija. Sedang dua blok lain padi, padi, padi. Begitu terus sampai tahun ketiga,” jelasnya.