Woi, Sambal Ikan Halus ala Etnis Tana Ai
Editor: Satmoko
MAUMERE – Etnis Tana Ai yang bermukim di wilayah timur kabupaten Sikka merupakan sebuah etnis yang masih memegang teguh adat dan budaya warisan leluhur termasuk menangkap Ipun (ikan kecil) yang dipercaya merupakan berkat dari Ama Pu (Sang Pencipta).
“Ipun ini hanya muncul saat-saat tertantu saja dan hanya ada di kali Nangagete saja sehingga hampir semua orang Tana Ai baik di kecamatan Talibura maupun di kecamatan Waiblama yang merupakan etnis Tana Ai selalu datang menamgkap ikan kecil ini,” sebut Wilhelmus Wolor, tetua adat Tana Ai, Sabtu (12/5/2018).
Wolor menjelaskan, dalam setahun Ipun atau ikan kecil semacam ikan teri tersebut hanya muncul di kali Nangagete sebanyak 3 kali. Pada bulan Januari Ipun pertama muncul dan biasa dinamakan Ipun Loen Goit atau Ipun penunjuk jalan.
“Selanjutnya di bulan Februari muncul kelompok Ipun yang disebut Ipun Watar atau Ipun Jagung karena biasanya kehadiran Ipun ini bersamaan dengan musim jagung muda,” tuturnya.
Selain itu lanjut Wolor, Ipun yang ketiga muncul antara akhir Maret hingga awal April yang disebut Ipun Delat. Ipun ini hampir mirip dengan ikan teri namun warnanya hitam setelah masuk ke kali, juga kalau berada di pinggir pantai atau muara.
Saat musim Ipun, sebut Maria Dua Lodan, warga dusun Wairbou desa Nebe, orang akan berbondong-bondong datang ke kali Nangagete menangkap Ipun untuk dijual atau dikonsumsi sendiri. Ipun lebih banyak diawetkan dan dijadikan sambal untuk dijual di pasar sebab hasil tangkapan sangat melimpah.