Woi, Sambal Ikan Halus ala Etnis Tana Ai

Editor: Satmoko

Maria Dua Lodang, warga dusun Wairbou desa Nebe kecamatan Talibura kabupaten Sikka. Foto : Ebed de Rosary

“Ipun yang ditangkap dan dikumpulkan dalam ember langsung dibersihkan dengan air dan dibuat sambal yang dinamakan Woi bahasa Tana Ai. Proses pembuatannya pun sangat sederhana sekali,” tuturnya.

Maria menjelaskan, untuk membuat Woi atau sambal cair, Ipun yang sudah dicuci tersebut dimasukkan ke dalam toples kaca atau botol plastik. Lalu dimasukkanlah garam secukupnya, daun kemangi dan perasan air jeruk nipis. Lalu wadah tersebut ditutup rapat.

“Kalau yang ingin sambalnya agak kering, maka setelah dicuci bersih, Ipun tersebut ditaruh di dalam bakul dari anyaman daun lontar atau gebang. Hal itu dilakukan untuk meniriskan air. Proses pembuatannya pun sama dengan Woi yang basah,” sebutnya.

Kalau di kampung, lanjut Maria, Ipun biasanya dimakan dengan pisang rebus atau pisang bakar dan juga singkong rebus. Setelah Woi diawetkan selama sehari agar matang. Saat hendak dimakan, barulah Woi tersebut dikeluarkan dari dalam wadah, lalu wadahnya kembali ditutup rapat.

“Woi ini bisa bertahan berbulan-bulan. Woi ini juga kerap dijual di pasar dimana untuk ukuran dalam botol berukuran satu liter dijual seharga 50 ribu rupiah,” ungkapnya.

Ada pula, beber Maria, yang langsung memasak Ipun dengan bumbu kuah asam. Ipun juga bisa digoreng dengan campuran tepung terigu dan dikeringkan untuk dijadikan rempeyek.

Namun lebih banyak mengolah Ipun menjadi Woi sebab tahan lama dan tidak basi.

Lihat juga...