Pengusaha Properti di Banua Cemaskan Menguatnya Dolar

Editor: Koko Triarko

M Fazrin, pengusaha properti- Foto: Arief Rahman
BANJARMASIN – Masih berpotensinya penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah seiring beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pelaku usaha properti di Banua.
Hal tersebut mengingat dengan terus menguatnya dolar terhadap rupiah, akan sangat berpengaruh terhadap naiknya sejumlah harga bahan bangunan, utamanya bahan baku impor.
Salah satu pebisnis perumahan di Banjarmasin, M Fazrin, mengaku cukup khawatir jika dolar terus mengalami penguatan, karena dapat berdampak kepada kenaikan biaya pembangunan perumahan yang dibuatnya.
“Utamanya aksesoris yang pasti akan mengalami kenaikan, hal itu karena sebagian besar barangnya impor. Kalau naik harganya, tentu biaya pembangunan perumahan jadi membengkak,” jelasnya, Senin (11/6/2018).
Sejauh ini, memang untuk kenaikan harga bahan bangunan diakuinya masih belum terlihat. Namun, kenaikan ini diprediksi bisa terjadi setelah lebaran nanti, jika harga dolar terus bertahan seperti sekarang.
“Sekarang kan harganya masih bertahan, karena masih menghabiskan stok lama. Tapi, kalau sudah stok baru datang, pasti harganya akan dinaikkan oleh pelaku distributor, karena menyesuaikan dengan dollar,” ungkapnya.
Jika mengalami kenaikan harga bahan baku, pihaknya tentu tidak serta merta bisa menaikkan harga jual perumahan. Khususnya, untuk jenis perumahan bersubsidi yang harga jualnya sudah ditentukan oleh Pemerintah.
“Paling kalau bisa dinaikkan untuk perumahan kelas menengah atas saja. Itu pun tidak bisa terlalu besar, karena akan berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk membelinya,” tambahnya.
Sementara itu, pebisnis costum furniture di Banjarmasin, Andri Azhar, juga mengaku cemas.
Menurutnya, kenaikan harga dolar jelas akan sangat berpengaruh terhadap bisnisnya, mengingat sebagian besar bahan untuk membuat furniture costum dari impor.
“Kalau pun naik, harga bahan baku setelah lebaran nanti karena menguatnya dolar, paling kita akan melakukan kebijakan pengurangan margin keuntungan saja. Hal itu karena jika memaksakan melakukan kenaikan harga, bisa berdampak pada berkurangnya order,” tukasnya.
Lihat juga...