SMA/SMK Bali Mandara Prioritaskan Siswa Keluarga Miskin

Editor: Koko Triarko

BULELENG — SMA dan SMK Bali Mandara di Kubutambahan, Buleleng, terus berkomitmen untuk memprioritaskan menerima siswa dari keluarga miskin di Bali. Hal tersebut ditegaskan oleh Kepala Sekolah SMA Bali Mandara, Nyoman Darta Kamis, (7/6/2018).
Menurut pria yang akrab disapa Darta, hasil seleksi penerimaan peserta didik baru SMA/SMK Negeri Bali Mandara tahun pelajaran 2018/2019, dari seluruh calon peserta didik yang lolos di SMK Bali Mandara, sembilan di antaranya dalam kondisi sangat miskin dan sisanya, miskin.
“Kabupaten Buleleng masih menjadi kabupaten dengan persentase terbanyak penyumbang calon siswa SMA/SMK Bali Mandara”, Ucap Darta.
Kepala Sekolah SMA Bali Mandara, Nyoman Darta. -Foto: Sultan Anshori.
Darta menambahkan, ada 17 calon peserta didik SMA Negeri Bali Mandara yang IQ-nya berada di bawah borderline atau moron. Mulai tahun ini, tes psikologi di SMK Bali Mandara dilakukan setelah proses penerimaan untuk mendapatkan penjurusan SMK yang lebih baik, sesuai minat dan bakat calon siswa.
“Meski ini tugas berat, kami sudah berkomitmen untuk melaksanakan pesan Gubernur Pastika, untuk bersama para pendidik di SMA Bali Mandara menjadikan siswa-siswa ini menjadi pintar”, kata Darta.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, TIA Kusumawardani, mengatakan, Sekolah Bali Mandara sangat efektif untuk peningkatan kualitas pendidikan masyarakat miskin di Bali. Dengan mendidik para siswa miskin di tingkat SMA, para siswa ini bisa melanjutkan ke perguruan tinggi berkualitas, dengan beasiswa yang ada di dalam maupun luar negeri.
“Dengan anggaran 69 juta rupiah per siswa selama tiga tahun, selanjutnya siswa bisa melanjutkan pendidikan, dan Pemda tak perlu keluar biaya lagi”, ucap TIA Kusumawardani.
Hal senada juga dikatakan oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika. Ia secara khusus memberikan apresiasi hasil seleksi calon peserta didik SMA/SMK Bali Mandara TA 2018/2019. Ia berpesan, agar proses penerimaan tetap sesuai standar yang mengutamakan masyarakat miskin.
“Oleh sebab itu, saya berharap upaya pengentasan kemiskinan bisa terus berlanjut, karena memang faktanya masih ada di Bali. Mari hitung berapa orang generasi ini yang akan hilang, jika pemerintah tidak membantu mereka?” kata mantan Kapolda Papua tahun 2001 ini.
Lihat juga...