MANADO – Nilai tukar rupiah pada Kamis (19/7) sore masih bergerak melemah. Rupiah melemah delapan poin menjadi Rp14.422 dibandingkan dengan posisi sebelumnya, Rp14.414 per dolar Amerika Serikat.
Menurut sejumlah analis, masih adanya sentimen negatif dari menguatnya laju dolar AS. Akibat dari sentimen tersebut, laju rupiah cenderung tertekan dan kembali melemah.
Berbeda dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, dibuka menguat sebesar 11,29 poin menjadi 5.902,03, seiring dengan menguatnya bursa saham global.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 2,86 poin (0,31 persen) menjadi 929,57.
Pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Joy Tulung, mengatakan pelemahan rupiah tersebut memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata di Indonesia, khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Dalam kurun beberapa waktu terakhir ini, rupiah terus mengalami pelemahan, bahkan berfluktuasi.
Ia mengatakan, nilai tukar rupiah yang melemah biasanya akan berpengaruh terhadap kunjungan masyarakat Indonesia keluar negeri, karena akan semakin mahal. Dengan biaya berwisata keluar negeri yang tinggi, hal itu tentunya diharapkan bisa mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan nusantara.
Sebaliknya, karena nilai valuta asing terhadap rupiah menguat, maka jumlah kunjungan wisatawan asing semakin banyak.
Karena itu, katanya, hal ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk lebih gencar mempromosikan Sulawesi Utara, agar wisatawan asing tertarik untuk datang.
Selain itu, memfasilitasi berbagai macam kegiatan dan hal-hal yang membuat wisatawan asing rela mengeluarkan uangnya, sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bisa terjadi.
Dengan pergerakan nilai rupiah dan nilai tukar negara lain yang juga terkena dampak ekonomi global, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mendorong agar bisa memberikan dampak ke sektor pariwisata.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Provinsi Sulawesi Utara, Merry Karouwan, mengatakan memang akan sangat menguntungkan, jika semua pelaku wisata menggunakan transaksi dolar AS.
Dengan adanya pelemahan rupiah ini, ujar dia, membuat banyak wisatawan mancanegara yang ingin datang ke Indonesia untuk mengeksplorasi wisata alam maupun kuliner.
Asita akan terus mendukung dan memanfaatkan kunjungan wisman yang cukup tinggi ke Sulut, agar perekonomian daerah ikut naik.
Asita terus mendorong peningkatan sektor pariwisata di Provinsi Sulut pada 2018. Pihaknya akan mendorong, agar kualitas dan kuantitas pendukung sektor pariwisata untuk seimbang.
Merry mengatakan, Asita sangat menunjang program pemerintah, karena dengan demikian ekonomi pasti naik.
Ekonomi meningkat, katanya, berarti para pengusaha di bidang pariwisata ikut terdongkrak naik. Apalagi, saat ini Sulut sudah menjadi salah satu destinasi untuk wisman.
Dia menjelaskan, Asita akan menunjang program pemerintah Indonesia yang berupaya menjaring 17 juta wisman tahun ini, dan dinilai punya peluang menjaring sebanyak itu.
Pihaknya akan melakukan berbagai upaya, agar mampu memberikan kontribusi yang besar pada sektor perekonomian di Sulut maupun nasional.
Asita akan terus melakukan berbagai terobosan dan promosi akan keunggulan pariwisata daerah Sulut, sehingga semakin banyak wisman yang datang ke Sulut.
Sementara itu, wisatawan mancanegara yang datang ke Sulawesi Utara masih didominasi oleh warga China pada Mei 2018. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Dr. Ateng Hartono, mengatakan, wisman asal Cina yang datang ke Sulut pada Mei 2018 sebanyak 8.324 orang atau 88,51 persen dari total wisman.
Wisman asal Cina cukup banyak, karena adanya penerbangan sewa dari Tiongkok menuju Manado sejak dua tahun terakhir ini.
Setelah Cina diikuti oleh Amerika 172 orang (1,83 persen), Jerman 160 orang (1,70 persen), Singapura 104 orang (1,11 persen), Australia 84 orang (0,89 persen).
Hongkong sebanyak 73 orang (0,78 persen), Inggris 62 orang (0,66 persen), Prancis 46 orang (0,49 persen), Belanda 44 orang (0,47 persen), Malaysia 28 orang (0,30 persen).
Jumlah wisman yang datang ke Sulut melalui pintu masuk Bandara Sam Ratulangi pada Mei 2018 sebanyak 9.405 orang, menurun sebesar 7,79 persen dibandingkan dengan April 2018 yang berjumlah 10.200 orang.
Dibandingkan dengan kunjungan wisman bulan yang sama tahun sebelumnya, (Mei 2017 sebanyak 5.589 orang terhadap April 2018), meningkat sebesar 68,28 persen.
Perkembangan wisatawan mancanegara kumulatif sampai Mei 2018 mencapai 49.018 orang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara pada kurun waktu yang sama pada 2017, yaitu 29.495 orang.
Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw, berharap Dinas Pariwisata, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, memperbanyak paket dan atraksi wisata untuk menarik wisatawan.
Pemerintah kabupaten dan kota harus terus berbenah mengangkat potensi wilayah masing-masing yang memiliki kearifan lokal untuk menarik kunjungan wisman.
Potensi wisata di setiap daerah, lanjut dia, beragam dan tidak kalah bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Wisata alam, budaya, bahkan bahari sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik, tidak kalah dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia.
Untuk mengembangkan sektor tersebut, Dinas Pariwisata provinsi dan kabupaten/kota perlu mengemas dengan apik, sehingga wisatawan tertarik berkunjung.
“Perlu memperbanyak atraksi dan paket-paket wisata sambil kita membenahi infrastruktur pendukungnya,” kata dia.
Jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia, setiap hari ada saja atraksi budaya dan seni yang disajikan, sehingga wisatawan tinggal menyesuaikan dengan jadwal masing-masing daerah.
Melalui atraksi wisata itu, katanya, wisnus maupun wisman yang hendak ke Sulut memiliki tujuan wisata setiap harinya, selain pantai dan kuliner.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulut, Daniel A Mewengkang, mengatakan akan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia kepariwisataan di provinsi itu.
Hal ini penting dilakukan, karena melihat kunjungan wisatawan ke Sulut semakin tinggi, sehingga SDM harus bermutu baik.
Ia mengatakan, kemajuan pariwisata di Sulut yang diikuti dengan meningkatnya kunjungan wisatawan perlu dibarengi dengan layanan prima dari para pemangku kepentingan sektor pariwisata, seperti hotel.
Daniel menjelaskan, petugas hotel aktor utama yang menentukan tamu yang datang merasa nyaman dan senang. Bahkan, yang terpenting, bagaimana agar dapat kembali lagi.
Peran sektor perhotelan menjadi kunci pengembangan sektor pariwisata di daerah, karena itu petugas pelayanan hotel diharapkan memberikan layanan prima kepada para tamu atau wisatawan.
Ia mengingatkan, pentingnya peran petugas hotel, sehingga mereka perlu mengikuti pelatihan agar makin profesional.
Sektor perhotelan berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia pariwisata. “Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM petugas hotel, sekaligus untuk mewujudkan petugas hotel yang andal dan kompeten,” katanya.
Semua daerah wajib memanfaatkan potensi pariwisatanya, guna memperkuat ekspor di bidang jasa, sehingga menghasilkan devisa bagi negara.
Selain itu, kemajuan kepariwisataan di daerah memiliki efek berganda terhadap perekonomian daerah tersebut. (Ant)