Patroli Rutin Tumbuhkan Kesadaran Jaga Ekosistem Laut di Flotim

Editor: Koko Triarko

LARANTUKA – Kesadaran masyarakat di pesisir pantai di kabupaten Flores Timur dalam menjaga ekosistem laut, terus meningkat. Aktivitas penangkapan ikan dengan cara bom dan menebar racun juga mulai menurun drastis sejak dilakukan patroli rutin.
“Selain melakukan patroli rutin minimal dua kali seminggu, kami juga selalu melakukan sosialisasi dengan turun langsung duduk bersama para nelayan dan memberikan penyadaran,” sebut Apolinardus Y.P. Demoor, Kepala Bdang Pengawasan Sumber Daya Perikanan dan Perijinan Usaha Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Flores Timur, Rabu (18/7/2018).
Andreas Soge, Aktifitas LSM yang melakukan pendampingan kepada nelayan di desa-desa di Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur. -Foto: Ebed de Rosary
Kepada Cendana News, Dus, sapaannya, mengatakan, para nelayan memang memahami hal ini. Namun, pemerintah juga harus memberikan bantuan alat tangkap dan kemudahan bagi mereka dalam mengurus berbagai izin usaha terkait aktivitas mereka menangkap ikan.
“Pendekatan yang dilakukan lebih kepada pendekatan humanis, tetapi kadang untuk satu dua orang yang masih nakal perlu diambil tindakan tegas lewat jalur hukum. Ini penting, agar nelayan lainnya takut dan memberikan shock teraphy bagi nelayan yang masih membandel,” ungkapnya.
Hasil yang didapat selama setahun lebih melakukan kegiatan patroli laut dan menangkap para pengebom ikan, tambah Dus, menyebabkan aktivitas pengeboman dan perusakan terumbu karang menurun drastis, dari 100 kasus lebih setiap tahunnya menjadi 3 kasus di 2017.
“Banyaknya nelayan yang ditangkap dan dipenjarakan juga berdampak efektif. Nelayan lainnya pun tidak melakukan pengeboman ikan. Apalagi, dengan membakar kapal nelayan milik mereka,” sebutnya.
Andreas Soge, salah seorang pendamping program bagi nelayan pesisir di Solor Selatan juga mengakui, sosialisasi dan memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk peduli terhadap laut sangat bermanfaat dan efektif dalam mencegah aktivitas penangkapan ikan yang merusak terumbu karang dan biota laut.
“Setelah selama setahun sejak 2016 melakukan sosialisasi dan menumbuhkan kesadaran di masyarakat, aktivitas penangkapan ikan, terutama oleh nelayan dari luar desa, hampir tidak terjadi lagi,” sebutnya.
Ikan-ikan yang dilindungi, seperti Napaleon dan Pari Manta serta Penyu, kata Andreas, sudah mulai terlihat di perairan Solor Selatan. Masyarakat juga sudah mulai berani melapor kepada petugas dan mengusir nelayan yang melakukan pengeboman ikan di laut.
“Masyarakat lokal yang harus diberikan kesadaran, sebab dengan munculnya kesadaran, mereka akan mulai mengawasi laut mereka dan mengusir nelayan dari luar daerah yang mengebom ikan di perairan mereka,” tuturnya.
Lihat juga...