WHO: Pengungsi di Suriah Selatan Hadapi Kondisi Kesehatan Buruk
JENEWA, SWISS — Permusuhan baru-baru ini di Suriah Selatan telah membuat lebih dari 210.000 orang kehilangan tempat tinggal dan memerlukan layanan kesehatan mendesak.
Sementara itu sebanyak 160.000 orang yang saat ini kehilangan tempat tinggal di Suriah tak bisa dijangkau oleh petugas kesehatan, demikian peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (12/7).
WHO telah menyerukan perlindungan instalasi kesehatan dan peningkatan akses ke Suriah Selatan.
Dr. Michel Thieren, Direktur Layanan Darurat Regional WHO, telah berikrar untuk takkan membiarkan orang yang menunggu bantuan kemanusiaan di Daerah Daraa dan Quneitra –keduanya di Suriah Selatan– kecewa.
“Kami menyeru semua pihak untuk membuka pintu buat orang di Suriah Selatan dan mengizinkan pengiriman aman obat serta peralatan medis yang mereka perlukan, dan menjamin pasien yang luka parah jalan aman ke rumah sakit di luar daerah itu dan dapat menyelamatkan nyawa mereka,” kata Thieren, sebagaimana dikutip Xinhua –yang dipantau di Jakarta, Jumat pagi (13/7/2018).
Untuk saat ini, kebanyakan orang yang kehilangan tempat tinggal terpajan temperatur sangat tinggi, sampai 45 derajat Celsius, dan angin gurun yang berdebu, dengan akses terbatas ke air minum yang bersih, layanan kesehatan, dan perawatan kesehatan yang memadai, kata WHO.
Dalam satu pekan belakangan, sedikitnya 15 orang Suriah –12 anak kecil, dua perempuan dan seorang lelaki tua– telah meninggal akibat dehidrasi dan penyakit yang menular melalui air yang tercemar, demikian statistik WHO.
Namun, dengan hampir 75 persen dari semua rumah sakit umum dan pusat perawatan kesehatan di Daraa dan Quneitra ditutup atau hanya berfungsi sebagian, orang yang cedera tak memperoleh layanan kebidanan dan dengan akses terbatas ke perawaran medis.