CIBINONG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berkoordinasi dengan Polres Bogor beserta jajarannya, untuk mengantisipasi bencana kekeringan dan bahaya kebakaran di daerah tersebut.
“Pada bulan Agustus 2018, sudah memasuki musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung sampai akhir tahun, dan perubahan cuaca itu cukup merugikan bagi masyarakat petani,” kata Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Koesparmanto, di Cibinong, Minggu (5/8/2018).
Menurut dia, dalam kurun waktu 10 hari dari bulan Juli 2018 hingga saat ini, sudah terdapat lebih dari enam kebakaran dan rata-rata terjadi pada perkampungan padat penduduk.
Kejadian itu rata-rata terjadi akibat hubungan arus pendek listrik, penyambungan kabel yang sebenarnya sudah ada pelarangan dari PLN.
Belum ada laporan mengenai kebakaran hutan dan, bila ada maka akan sulit dipadamkan, mengingat pada daerah Kabupaten Bogor rata-rata memiliki kontur bertebing.
“Tapi, yang biasa terjadi itu biasanya kebakaran perumahan maupun kekeringan pada beberapa kecamatan setempat. Di sini itu hutan hanya ada pada daerah Bogor Selatan, dan Barat saja. Itu pun hutan lindung,” katanya.
Ia menambahkan, untuk kekeringan pada saat ini sudah melanda pada daerah Bogor Barat, Timur, dan Utara, yang menyebabkan lahan persawahan menjadi kering dan harus dituai sebelum masa panen.
“Daerah kekeringan itu antaranya Jonggol, Rancabungur, Leuwiliang, Kecamatan Ciampea dan Parung, Cariu, Tanjungsari, Sukamakmur,” katanya.
Dalam ancaman kekeringan ini, sudah melakukan beberapa cara dengan mengirim bantuan air bersih menggunakan truk tangki. Namun, dalam satu hari hanya mampu mengirim dua kali jalan, karena kekurangan armada dan banyak daerah yang mengalami kekeringan.
Sementara itu, seorang warga Kecamatan Jonggol, Badrun (45), mengatakan pengiriman air bersih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor belum dilakukan, dan sebenarnya kekeringan ini sudah berlangsung sejak Juni 2018 hingga saat ini.
Untuk mendapat air bersih, biasanya warga menggali tanah pada permukaan (dasar) sungai di Sungai Cipamingkis perbatasan Kabupaten Bekasi dan Bogor. Air galian itu biasanya untuk mencuci dan mandi, sedangkan air isi ulang lebih sebagai memasak maupun air minum.
“Kami butuh uluran dari pemerintah daerah, dan sudah melakukan pelaporan ke tingkat kecamatan. Namun, belum ada jawaban pasti kapan dikirim air bersih itu,” katanya. (Ant)