Dampak Erupsi Krakatau, Tangkapan Ikan Teri, Turun

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Tangkapan teri di perairan Lampung Selatan dalam kurun tiga bulan terakhir mengalami penurunan.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Misri Saifulah (47) salah satu nelayan yang kini menjadi produsen teri rebus di Kelurahan Way Urang, Kecamatan Kalianda.

Misri menyebut, sebelumnya ia bisa memproduksi sebanyak 2 ton kilogram teri jengki dan teri nasi. Namun kini hanya mampu memproduksi 1 ton.

Misri menyebut, salah satu faktor penurunan pasokan bahan baku teri dipengaruhi oleh kondisi cuaca tidak bersahabat, aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK). Cuaca tidak bersahabat disebutnya berupa angin kencang dan gelombang tinggi yang berimbas nelayan bagan apung, bagan congkel dan bagan mini, mengurangi aktivitas.

Misri Saifulah (kiri) salah satu produsen teri rebus di Kalianda Lampung Selatan yang mulai kesulitan mencari teri jengki dan teri nasi akibat tangkapan menurun [Foto: Henk Widi]
Sebagian nelayan yang nekat masih melakukan kegiatan melaut bahkan mendapat hasil tangkapan minim dibandingkan hari biasa.

Misri Saifulah menuturkan, bahan baku teri jenis jengki dan teri nasi didatangkan dari puluhan nelayan pemilik bagan. Karyawan pengepul akan mendatangi nelayan dengan perolehan teri jengki dan teri nasi cukup beragam.

Sejumlah nelayan, diakuinya, bisa memperoleh sekitar 10 hingga 20 cekeng (keranjang) meski saat kondisi normal bisa mencapai 40 hingga 60 cekeng. Satu cekeng rata-rata berisi sebanyak 15 kilogram teri sehingga ia harus mencari dari sejumlah nelayan.

“Nelayan yang mencari ikan teri merupakan nelayan binaan dengan modal mencari ikan. Biasanya saya talangi terlebih dahulu dan hasilnya dijual kepada saya untuk dijadikan teri rebus,” terang Misri Saifulah, salah satu produsen teri rebus di Kecamatan Kalianda, saat ditemui Cendana News, Senin (20/8/2018).

Lihat juga...