Dampak Erupsi Krakatau, Tangkapan Ikan Teri, Turun

Editor: Satmoko Budi Santoso

Namun, semenjak erupsi dengan pengaruh paparan debu terbawa angin ke wilayah tangkapan nelayan mengganggu pernapasan dan mata. Larangan melakukan penangkapan ikan dalam radius 2 kilometer.

“Kawasan kepulauan Krakatau sebetulnya spot mencari ikan terbaik berupa teri dan jenis ikan lain. Tapi debu vulkanik membuat kami sesak napas dan mata pedih,” beber Sanusi.

Sanusi yang melaut di sekitar Krakatau mengaku, sudah terbiasa dan tidak khawatir, namun selalu memperhatikan arah angin saat melaut. Saat udara berhembus ke arah timur sejumlah nelayan seperti dirinya harus berada di sisi barat agar tidak terpapar debu.

Selain erupsi GAK, pengaruh angin barat ikut mempengaruhi hasil perolehan tangkapan ikan yang diperolehnya. Sehari semalam biasanya ia bisa memperoleh 20 cekeng teri kini hanya memperoleh 8 cekeng.

Umadi memperlihatkan contoh batuan Gunung Anak Krakatau yang bisa terlontar di radius 1 kilometer sehingga nelayan memilih menjauh saat mencari ikan [Foto: Henk Widi]
Kondisi serupa diakui Umadi (40) salah satu nelayan di Desa Way Muli yang juga sebagai nelayan pencari teri. Ia memastikan, pengaruh erupsi GAK bagi nelayan hanya berimbas pada debu vulkanik dan pasir yang kerap turun menyerupai hujan ketika arah angin berhembus ke area penangkapan ikan.

Imbasnya debu dan pasir kerap turun di kapal tangkap miliknya dan nelayan dilarang mendekat di radius 2 kilometer.

“Tanpa dilarang mendekat kami juga sudah merasakan bahaya jika berada di dekat Krakatau. Karena saat erupsi selain debu batu apung sebesar jempol, batu bisa beterbangan di radius satu kilometer,” tutur Umadi.

Lihat juga...