Selalu Ada Value, Film Menjadi Alat Diplomasi

Editor: Koko Triarko

Azis Nurwahyudi, Direktur Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri –Foto: Akhmad Sekhu
JAKARTA – Sebuah film tak hanya sekadar hiburan, namun juga memiliki nilai ekonomi. Bahkanm film juga menjadi aset diplomasi.
“Kami dari Kemlu, apalagi Direktorat Diplomasi Publik ini, tugas kami adalah menggunakan film sebagai aset diplomasi kita,“ kata Azis Nurwahyudi, Direktur Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, kepada Cendana News, usai pemutaran film dan diskusi bertajuk ‘Film sebagai Aset Diplomasi’, di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018).
Azis membeberkan, bahwa film-film Indonesia yang bagus-bagus, punya nilai seni dan value, perlu dibantu untuk diperkenalkan ke negara-negara lain. “Kita memberikan pemahaman tentang Indonesia kini, tentang Indonesia terbaru, apa pun nilai yang ada dalam film itu kepada publik di luar, inilah tugas kami,“ bebernya.
Bagi Azis, film-film yang dibuat oleh sutradara-sutradara Indonesia ini kalau memang mereka menjual secara value, menjual secara cerita, untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri, maka tugasnya untuk membantu mempromosikan.
“Kita bisa menggunakan kedutaan kita dan konsulat kita untuk menyelenggarakan festival film Indonesia di luar negeri, atau menjadi sarana mereka mempromosikan film Indonesia ke berbagai festival film di luar negeri,“ terangnya.
Intinya, mempromosikan film sebagai aset ketika berdiplomasi, dalam arti menjelaskan tentang Indonesia, nilai-nilai dan adat budaya. “Dan, itu memang kewajiban kami membantu para sutradara Indonesia,“ katanya.
Azis menyampaikan, bahwa berkat film, negara luar menjadi mengenal Indonesia dan lebih paham tentang Indonesia. “Misalnya, film Riri Riza berjudul ‘Ada Apa dengan Cinta?’ Kelihatanya film remaja, tapi ada value di situ, bagaimana remaja Indonesa terkini, atau film ‘The Photograph’ karya Nan Achnas yang di dalam negeri tidak terkenal, tapi mendapat penghargaan besar di luar negeri, karena filmnya menunjukkan toleransi beragama yang ada di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, yang dibalut dengan cerita yang sangat halus,“ paparnya.
Azis menyebut, selalu ada value yang bisa dijelaskan melalui film. “Dalam film, bisa memperlihatkan kemajuan, karena memang selalu ada value yang bisa ditunjukkan melalui film,“ ujarnya.
Secara internal, kata Azis, acara ini untuk mendidik diplomat-diplomat muda kita, bahwa ada aset berupa film yang patut, perlu dan harus digunakan sebagai alat diplomasi.
“Ketika mereka sudah berdinas di kedutaan-kedutaan, mereka sudah bisa menggunakan itu untuk mempromosikan film. Jadi, cara melihat film tidak hanya ditonton, tapi ada nilai ekonominya,” tegasnya.
Azis juga menyampaikan, bahwa film bergerak, dan kemudian industri bergerak, bahkan para sutradara Indonesia, bisa saling berhubungan dengan sutradara luar negeri.
“Riri Riza berhubungan dengan para sutradara luar negeri, saya mengenalkannya dengan sutradara setempat sewaktu saya di Belanda dan Praha. Intinya, kita saling bahu-membahu, bahwa film memang bisa menjadi aset diplomasi,“ tandasnya.
Lihat juga...