Jalan Tol II: Terlalu Menarik untuk Diabaikan
Oleh: Siti Hardijanti Rukmana
Sahabat,
Sebelum saya bercerita pengalaman saya membangun jalan toll, izinkan saya sedikit mengulas sepintas, mengapa pemerintah, mengajak swasta untuk ikut berpartisipasi.
Tulisan Terkait: Jalan Tol I : Saya Memilih Bersama Kaum Muda
Sahabat,
Dengan semakin derasnya dampak era globalisasi ekonomi dunia pada saat itu terhadap Indonesia, banyak lonjakan-lonjakan positif yang mempengaruhi ekonomi Indonesia. Seperti, kayu lapis merajai pasar dunia, busana dan produk tekstil Indonesia memasuki toko-toko internasional, udang hasil budidaya Indonesia menembus pasaran dunia. Masih banyak lagi komoditi agribisnis dan hasil manufaktur Indonesia, memperoleh tempat di pasar dunia.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat saat itu, maka mau tidak mau, semakin banyak dibutuhkan pula sarana penghubung, antara sentra-sentra produksi dengan pusat-pusat pemasaran dan pelabuhan. Masyarakat modern pun sudah semakin canggih tuntutannya terhadap mutu layanan umum. Masyarakat semakin mampu melengkapi kehidupannya di antaranya membeli mobil, yang mengakibatkan, kemacetan lalu lintas terjadi.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah memutuskan, untuk membangun jalan toll (jalan bebas hambatan) Nort South Link (Cawang Priok), yang semula perencanaannya dibangun dengan system at grade (jalan yang dibangun rata dengan tanah), diubah menjadi elevated road (jalan layang), walaupun biaya pembangunannya, tiga kali lebih besar dibandingkan at grade, hal ini, untuk mengurangi dampak sosial mengenai pembebasan tanah.