Kebutuhan Pertanian dan Budidaya Ikan, Dorong Meningkatnya Permintaan Bambu

Editor: Satmoko Budi Santoso

Bambu tersebut dibutuhkan mengantisipasi datangnya musim penghujan yang akhir-akhir ini mulai turun berpotensi mendatangkan banjir di sungai Way Sekampung.

Selain sebagai penahan longsor, antisipasi tanggul penangkis saat hujan, bambu juga digunakan untuk penahan jaring. Jaring khusus disiapkan Suhaimi dan sejumlah petambak di wilayah dekat aliran sungai Way Sekampung menghindari reptil jenis ular, biawak bahkan buaya muara masuk ke area pertambakan.

Penggunaan bambu yang cukup banyak oleh pembudidaya udang, bandeng dan kepiting menurut Suhaimi, sekaligus untuk tonggak menyalurkan kabel listrik di wilayah yang belum teraliri listrik PLN.

“Kami bisa mempergunakan kayu, namun harganya lebih mahal sehingga penggunaan bambu masih dominan diperlukan,” beber Suhaimi.

Selain digunakan oleh petambak udang vaname, kebutuhan bambu yang meningkat dialami oleh pemilik lahan pertanian sayuran di Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan.

Suhaini, memanfaatkan ribuan ajir bambu untuk tanaman cabai merah [Foto: Henk Widi]
Suhaini, salah satu petani cabai merah keriting menyebut, membutuhkan sebanyak 7000 ajir bambu masing masing sepanjang 1 meter. Bambu tersebut kerap dibeli dari pembuat ajir dengan harga per seribu ajir seharga Rp100 ribu.

Kebutuhan untuk 7000 ajir diakuinya membuat ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp700 ribu dan bisa digunakan untuk dua kali masa tanam.

Penggunaan ajir bambu, menurut Suhaini, untuk menopang batang cabai saat masa pembungaan hingga masa berbuah. Batang cabai harus diikat dengan tali pada ajir bambu mencegah tanaman roboh terutama saat berbuah lebat.

Lihat juga...