Kemarau, Petani Lamsel Pasrah Tanaman Padi Alami Puso

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Ratusan hektar lahan sawah di wilayah Lampung Selatan dipastikan mengalami gagal panen atau puso.

Solihin (40) dan Aminah (38) isterinya, petani padi varietas Ciherang di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda menyebut, kekeringan berimbas tanaman padi usia empat pekan miliknya kekeringan.

Lahan seluas satu hektar yang dimiliki merupakan salah satu bidang lahan dari ratusan hektar sawah di wilayah tersebut terdampak kekeringan. Langkah mengairi sawah dengan sumur gali bahkan sudah tidak bisa dilakukan akibat debit air minim.

Sukirno petani di Kecamatan Ketapang terpaksa menggunakan bibit cadangan padi untuk pakan ternak sapi [Foto: Henk Widi]
Solihin yang memiliki satu sumur gali di areal sawahnya menyebut, sebagian petak sawah sempat dialiri dengan memompa air sumur. Namun, padi berusia 28 hari setelah tanam (HST) dibiarkan kering akibat tidak adanya pasokan air.

Proses pendalaman sumur gali yang telah dilakukan, disebut Solihin, bahkan disebutnya tidak akan berhasil untuk mengaliri lahan sawah yang dimiliki. Hal tersebut diakuinya karena kebutuhan air bersih untuk mandi juga tergantung dari sumur gali yang dialirkan dengan mesin pompa.

“Saya melakukan proses pendalaman dasar sumur gali agar debit air bertambah, namun air yang diperoleh akan saya gunakan untuk kebutuhan mandi dan memasak, padi sawah sudah pasrah tidak bakal panen,” beber Solihin, salah satu petani padi di Desa Sukatani, saat ditemui Cendana News, Sabtu (1/9/2018).

Solihin bersama Aminah sang isteri petani di Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Lampung Selatan melakukan proses memperdalam sumur gali untuk meningkatkan debit air sebagai kebutuhan air bersih saat kemarau [Foto: Henk Widi]
Upaya melakukan proses pemompaan air dengan memanfaatkan air siring alam bahkan hanya mampu dilakukan selama dua pekan. Setelah itu air siring alam yang digunakan untuk mengaliri sawah kering tidak bisa mengaliri petak sawah miliknya.

Lihat juga...