Perajin Sapu Berbahan Sabut Kelapa, Butuh Perhatian Pemerintah
Editor: Makmun Hidayat
YOGYAKARTA — Minimnya modal, kurangnya inovasi serta keterbatasan kemampuan di bidang pemasaran, masih menjadi kendala utama puluhan perajin produk berbahan dasar sabut kelapa di Dusun Klegen, Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo.
Hal itu mengakibatkan, usaha produksi alat rumah tangga berbahan dasar sabut kelapa, seperti sapu, keset atau tali tambang di dusun ini sulit berkembang secara maksimal meski sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar.
Dusun Klegen sendiri selama ini memang dikenal sebagai sentra penghasil kerajinan berbahan dasar sabut kelapa. Mayoritas warga dusun ini menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual produk berbahan dasar sabut kelapa.
Salah seorang perajin, Mustarom, mengaku sudah membuat kerajinan berupa sapu dari bahan sabut kelapa sejak belasan tahun lalu. Ia mengaku memiliki keahlian tersebut secara turun temurun dari orangtua maupun kakeknya, sebagaimana warga Dusun Klegen pada umumnya.
“Semua perajin di sini, termasuk saya, masih mengolah sabut kelapa menjadi produk seperti sapu secara tradisional. Semua dilakukan dengan cara dan alat manual sederhana, tidak banyak berubah, masih sama seperti dilakukan orangtua atau simbah-simbah dulu,” ungkapnya.
Selain produk yang dihasilkan memiliki kualitas atau mutu rendah, kurangnya inovasi serta alat pendukung, juga mengakibatkan proses produksi sapu sabut kelapa di dusun ini membutuhkan waktu relatif lama. Otomatis jumlah produksi para perajin pun menjadi terbatas.
“Biaya produksi saat ini juga semakin mahal. Hampir semua bahan kita harus beli. Mulai dari sabut kelapa, plastik tempat merangkai sabut, hingga gagang sapu semua kita beli. Bahkan untuk tenaga mengolah sabut hingga siap dipakai, kita juga harus keluar biaya,” ungkapnya.