PROBOLINGGO – Harga jual tembakau voor oogst (VO) Paiton di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, perlahan mulai menurun pada akhir September 2018. Penurunan harga terjadi hampir setiap pekan.
“Harga jual tembakau pada akhir Agustus 2018 masih di atas Rp40 ribu per kilogram, dan perlahan terus turun menjadi Rp38 ribu, kemudian Rp37 ribu hingga sekarang menjadi Rp35 ribu per kilogram,” kata Abdullah, petani tembakau di Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Jawa timur, Minggu (30/9/2018).
Ia tidak mengetahui secara pasti penyebab turunnya harga tembakau di pasaran, dan ia menjual tembakaunya ke belandang atau pengepul tembakau yang datang ke rumahnya.
“Kami tidak bisa menjual langsung ke pabrik, sehingga menjualnya melalui belandang itu dan penentu harga bukan kami, tapi mereka. Jadi, kami tidak tahu harga naik dan turun itu karena apa?” tuturnya.
Kendati demikian, lanjut dia, petani masih diuntungkan dengan harga tersebut, dan cuaca kemarau panjang membuat kualitas produksi tembakaunya menjadi super. Tahun lalu, harga jual tembakau kualitas super atau top grade hampir sama dengan tahun 2018.
“Jumlah dan kualitas produksinya yang beda. Tahun lalu, waktu kemarau kadang masih turun hujan dan hal itu yang membuat tembakau rusak. Tembakau yang tidak terpapar hujan menjadi kualitas super, dan harga tinggi seperti sekarang, namun kalau yang terpapar hujan menjadi murah harganya,” katanya.
Petani asal Kecamatan Pakuniran itu pernah menjual tembakaunya seharga Rp20 ribu per kilogram, karena sebagian tembakaunya kualitasnya buruk akibat tidak kering maksimal.
Sedangkan tahun ini, penjemuran alami berjalan maksimal, sehingga rata-rata kualitasnya bagus semua.
Abdullah menggarap lahan seluas 8.000 meterpersegi, dengan jumlah produksi sekitar 1 ton tembakau kering. Jika harga rata-rata tembakau dipatok Rp35 ribu per kilogram, ia mendapatkan pendapatan Rp35 juta.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo, Ahmad Mudzakir, mengatakan ada batiga tembakau yang menentukan harga jual, yakni petik bagian bawah, tengah dan atas.
“Petik pertama bagian bawah itu kemarin dibuka dengan harga sekitar Rp30 ribu per kilogram, kemudian bagian tengah yang super dan biasanya paling mahal, serta tembakau bagian atas harganya lebih rendah dari tengah, tapi biasanya lebih tinggi dari bawah,” katanya. (Ant)