Suweden: Pak Harto, Presiden yang Bijak dan Sangat Mencintai Rakyatnya

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

JAKARTA — I Gusti Nyoman Suweden, mantan ajudan presiden ke-2 Indonesia, mengaku bangga bisa mendampingi Jenderal Besar HM Soeharto dalam kehidupannya hingga akhir hayat.

“Bangga. Saya bangga bisa mendampingi Pak Harto, semasa hidupnya. Beliau itu melebihi bapak saya sendiri, sangat perhatian dan berhati mulia,” kata Suweden kepada Cendana News ditemui di sela-sela haul ke 11 Pak Harto di Jalan Cendana No.8, Menteng, Jakarta, kemarin.

Peristiwa bersejarah 21 Mei 1998, saat Presiden Soeharto menyatakan diri berhenti dari jabatannya setelah didemo oleh mahasiswa, menurut Suweden, adalah untuk keamanan rakyat yang dicintainya.

“Pak Harto sangat bijaksana berpikir jernih demi rakyat. Meski dihujat beliau tidak dendam, tapi mengikhlaskan,” ujarnya.

Pasca peristiwa Mei 1998, Letnan Kolonel Purnawirawan TNI Angkatan Darat ini tetap menjadi ajudan Pak Harto. Suweden pun merasa bangga karena Pak Harto yang meminta dirinya untuk terus mendampinginya.

“Beliau yang pilih saya untuk melayani dalam kesehariannya. Ini kebanggaan karena saya bisa mendampingi mantan orang nomor satu di Indonesia,” tandasnya.

Suweden mengaku banyak kenangan indah selama menjadi ajudan Pak Harto. Apapun yang ditugaskan, dia upayakan dengan maksimal.

Setiap hari, ia bangun pukul 03.00 WIB dini hari. Dia pun bergegas mandi, dan lalu mempersiapkan kebutuhan Pak Harto yang akan dikenakan di setiap harinya. Seperti pakaian dan sarung yang biasa beliau pakai.

Sebelum pukul 04.00 WIB, ia harus sudah berada di kamar Pak Harto, mendampingi dan melayani untuk persiapan shalat subuh.

“Semua kegiatan Pak Harto, saya yang siapkan. Saya ikhlas dan bangga, karena beliau, bapak terbaik bagi saya,” tukas pria asal Bali ini.

Lihat juga...