Tak Miliki Komputer, Siswa SKB Sikka Ujian di Sekolah Lain

Editor: Satmoko Budi Santoso

Dari total guru sebanyak 15 orang, beber Kortensia, yang dapat honor cuma 12 orang. 5 guru lainnya berstatus PNS serta 3 guru PAUD tidak mendapat honor. Pembayaran gaji mengandalkan iuran dari murid sebesar Rp20 ribu per murid.

“Dulu pernah kami bekerja sama dengan LPUT Waigete, membina kami menanam sayuran di kompleks sekolah. Uangnya ditabung langsung ke rekening setiap siswa. Kami berencana mau membangun lapangan futsal agar bisa disewakan dan menghasilkan uang, tetapi masih menunggu adanya dana,” sebutnya.

Sebelum tahun 2006, kata Kortensia, aula di sekolah juga biasa disewa. Tetapi sejak tahun 2006 disekat untuk bangunan laboratorium bahasa Inggris. Namun juga sudah rusak. Kalau sudah dibongkar dan diperbaiki, pihaknya merencanakan akan menyewakan lagi untuk membantu dana operasional sekolah.

“Kami butuh dana untuk membeli bensin yang dipergunakan untuk mesin pemotong rumput sebab halaman sekolah ini sangat luas. Juga dipergunakan untuk membeli meja dan kursi yang dirusak para siswa yang rata-rata nakal,” tuturnya.

Setiap murid baru, tambah perempuan yang telah lama mengabdi di sekolah ini, pihaknya memungut iuran sebesar Rp375 ribu per siswa. Tetapi tidak semua anak membayar uang sekolah. Kadang hingga tamat sekolah pun belum dibayar sebab orang tua tidak mampu.

Sementara itu, Maria Valensia Oktavia, siswa kelas 2 SMA mengaku senang, bersekolah di tempat tersebut. Meskipun awalnya tidak mau, tetapi setelah mengetahui kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap hari, dirinya pun antusias belajar.

“Memang gedung sekolahnya kurang nyaman, tetapi pelajaran yang didapat sama dengan di sekolah umum. Teman-teman yang tamat dari sini pun ada yang melanjutkan ke jenjang kuliah dan ada yang langsung bekerja,” ungkapnya.

Lihat juga...