Taman Buah Mekarsari Ajari Pengunjung Teknik Tabulampot

Editor: Koko Triarko

BOGOR – Menanam menggunakan tabulampot, menjadi salah satu tren di tengah masyarakat perkotaan. Hal ini mengingat lahan rumah yang sempit. dan banyaknya inovasi bibit unggul yang memungkinkan tanaman berbuah maksimal, walaupun ditanam di dalam pot.
Namun, meski terlihat gampang, Staf Divisi Agro Taman Buah Mekarsari, Deden Dainuri, menyatakan, bahwa proses penanaman di tabulampot ini membutuhkan ketelatenan dan pengalaman khusus, serta media tanam yang tepat.
“Sebetulnya untuk tabulampot ini gampang-gampang susah. Prosesnya gampang, hanya memindahkan tanaman dari polybag ke dalam pot. Tapi, terkadang setelah proses pemindahan ini, banyak orang yang mengeluhkan tanaman mereka tidak berkembang sesuai yang diharapkan. Atau bahkan ada yang mati,” kata Deden, kepada Cendana News, Minggu (30/9/2018).
Deden menyampaikan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Diawali dengan pemilihan  bibit yang baik, yaitu dari pengembangbiakan cangkok.
“Kenapa harus dari cangkok? Karena dengan begitu, bibit yang didapat itu sudah pasti berasal dari pohon yang baik. Selain berbuahnya cepat, hasil buahnya juga bagus. Kalau dari biji, kemungkinan hasilnya jelek. Pengembangbiakan dengan cangkok juga memungkinkan tajuk yang bagus, kalau dengan biji kemungkinan tajuknya tinggi saja tanpa cabang,” urainya.
Faktor selanjutnya adalah kesalahpahaman orang tentang frekuensi penyiraman tanaman yang ditanam di tabulampot.
“Banyak yang melakukan penyiraman itu terlalu sering. Ada yang sehari dua kali, bahkan ada yang sampai tiga kali. Padahal, tidak perlu sebanyak itu. Kalau di tabulampot, dua hari sekali juga cukup. Kalau terlalu sering disiram, akarnya malah bisa busuk. Akhirnya tanamannya mati, biasanya diawali dengan daun yang menguning dan rontok,” kata Deden.
Di Taman Buah Mekarsari, kata Deden, biasanya akan dilakukan sesuatu yang membuat tanaman stres, untuk memicu munculnya bunga. Juga dilakukan untuk membuat tanaman tidak mengenal musim.
“Biasanya kita bikin tanamannya seakan-akan mengalami musim kemarau dengan tidak menyiram hingga tiga hari. Setelah itu, yang biasanya airnya dua liter, hanya kita siram dengan setengah liter air saja. Nanti dibiarkan tiga hari lagi, lalu disiram lagi sedikit. Tanaman yang stres begini akan memicu tumbuhnya bunga. Nah, kalau sudah tumbuh bunga, nanti baru kita siram seperti biasa,” papar Deden.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi adalah media tanam. Deden menyebutkan yang terbaik adalah campuran tanah, kotoran hewan dan kulit padi atau sekam.
“Kalau di Mekarsari, biasanya kita menggunakan rasio 1:2:3. Campuran ini akan menghindari lembab akar, karena air akan keluar dari bagian berlubang tabulampot. Cara ini kita lakukan untuk tabulampot buah maupun sayur yang sudah dimiliki Mekarsari sejak berdiri,” kata Deden.
Taman Buah Mekarsari menyediakan bibit, tabulampot di pot plastik maupun tong dengan harga yang bervariasi, bergantung pada jenis tanaman maupun wadah tanaman, bagi para pengunjung yang ingin membeli.
“Mekarsari menyediakan semuanya, karena masing-masing pengunjung keinginannya berbeda-beda. Ada yang mau beli di pot, ada juga yang tidak mau ribet bawa pulangnya, yang beli bibit di polybag. Nanti baru dipindahkan ke pot yang dia punya,” ucap Deden.
Setelah tanaman berbuah, Deden menyebutkan perlunya pemangkasan, terutama untuk menghilangkan cabang-cabang yang berseberangan yang tidak akan menghasilkan buah. Tindakan ini dibutuhkan untuk memberi akses matahari maksimal pada tumbuhan.
“Kita perlu pangkas, sehingga ada cabang baru yang keluar. Makanya, kalau panen itu sebaiknya dipotong. Setalah dipangkas, kita kasih pupuk. Bisa NPK dengan takaran tiga sendok untuk pot plastik dan 10 sendok untuk yang di tong per tiga bulan. Kita bikin semacam parit di ujung, sehingga pupuk ini bisa mencapai akar yang muda. Kalau untuk tanaman sayuran, pupuk ini bisa dicampur dengan air lalu disiramkan ke tanamannya,” ucap Deden.
Yang terakhir, yang perlu dilakukan adalah pemberantasan hama. Bisa dilakukan dengan penyemprotan cairan penghilang serangga.
“Ada yang kimia, ada juga yang alami. Misalnya, bawang putih yang dihancurkan dan dicampur air untuk menghilangkan kutu tanaman,” kata Deden.
Markom Taman Buah Mekarsari, Dede,menyatakan, workshop tabulampot ini memang sengaja diadakan untuk memberikan pengetahuan tentang tabulampot, sehingga para penyuka tanaman bisa mendapatkan ilmu lebih di sela rekreasi mereka di Taman Buah Mekarsari.
“Kita juga bekerja sama dengan beberapa instansi pendidikan dalam edukasi tabulampot ini. Peserta dari sekolah, biasanya akan latihan menanam dengan tabulampot di Mekarsari,” ujarnya.
Lihat juga...