Dialog Transformatif IPB, Angkat Tema Kesenjangan Ekonomi

Ilustrasi - Foto Ist

Sementara itu, studi yang dilakukan oleh INFID menunjukan bahwa kesempatan kerja adalah salah satu penyebab ketimpangan dan anak muda dan perempuan merupakan kelompok paling rentan dalam sistem ketenagakerjaan saat ini.

“Angkatan kerja terbesar yang berusia muda dan berpendidikan rendah tidak sesuai dengan kebutuhan industri yang membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan kompetensi,” kata Nikmah dari INFID.

Nikmah mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir Yayasan Tifa menjalankan program bersama INFID untuk mendorong kebijakan kerja layak untuk anak muda dan perempuan.

Upaya mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif juga dilakukan dengan demokratisasi tata kelola ekonomi lokal di wilayah perdesaan.

Ia mengatakan, sejumlah lembaga dengan dukungan Yayasan Tifa telah melakukan pemetaan pemangku kepentingan, penyadaran kritis warga, dan penguatan internal kelembagaan.

“Proses perumusan kebijakan, alokasi sumberdaya, dan anggaran di tingkat desa dan supra desa juga diupayakan berada di bawah kuasa warga,” kata Nikmah.

Pemerintah melalui berbagai bentuk kebijakan dan program juga mengupayakan penghapusan ketimpangan.

Direktur Eksekutif Kepala Bank Indonesia Institute Solikin M Juhro mengatakan, sejumlah program di bidang ketenagakerjaan (vokasi), penyaluran dana desa, dan penguatan lembaga ekonomi lokal diklaim berhasil, namun masih menyisakan sejumlah pertanyaan.

Ada harapan besar agar program-program pembangunan tersebut lebih humanis sehingga tidak sampai meminggirkan pelaku dominan perekonomian di Indonesia, kata Solikin.

Dialog yang diselenggarakan bersama Yayasan TIFA, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komda Bogor dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bogor Raya itu diikuti peserta dari kalangan akademisi, praktisi ekonomi, anggota asosiasi ISEI, PERHEPI, pemerintah dan mitra. (Ant)

Lihat juga...