Festival Bebas Batas, Unjuk Karya Difabelitas

Editor: Mahadeva WS

JAKARTA – Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Demikian peribahasa yang tepat untuk menggambarkan sosok Sani Tumbelaka. Penyandang szikofrenia tersebut, berkesenian karena memang merupakan keturunan keluarga seniman. Kakeknya dulu, aktif berpameran lukisan.

Sani memamerkan karya lukis berjudul Fill in the Blank, dalam Festival Bebas Batas di Galeri Nasional Indonesia, yang digelar 12 hingga 29 Oktober 2018. Sebuah festival kesenian difabelitas yang ramah difabelitas. “Karena saya penyandang szikofrenia, saya melukis karya lukisan ini dalam keadaan betul-betul terpuruk di dalam hidup saya,“ kata Sani Tumbelaka, salah seorang pengisi pameran lukisan Festival Bebas Batas, kepada Cendana News, Sabtu (13/10/2018).

Karena terkena szikofrenia, Sani ia tidak memandang bagus tidaknya karya lukisan yang dihasilkannya. “Saya hanya merasakan blank dan tidak tahu harus bagaimana, saya hanya tahu tentang gambaran hidup saya yang memang begini adanya, “ tandasnya.

Sani mengaku pasrah dengan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan, terhadap kondisi yang dialaminya. “Saya tetap pada satu keyakinan bahwa saya punya Tuhan, sehingga apapun yang terjadi pada diri saya, segelap apapun, tetap pada Tuhan dan saya tetap dapat mengisi dan tetap dapat berkarya lukisan,” paparnya.

Sebuah karya lukis dihasilkan Sani dengan cepat. Setiap hari Dia bisa menyelesaikan karya lukis. “Yang lama bagi saya dalam mendapat idenya dengan perenungan yang sangat panjang,” bebernya.

Sani menyebut apapun diri kita sebagai manusia, dalam menghadapi hidup pasti ada naik-turunnya. “Yang penting kita harus pandai bersyukur, setelah itu pasti kita dapat mengusi hidup ini dengan indah melalui karya lukisan seperti ini,” terangnya.

Lihat juga...