Media Diharap Angkat Isu Rokok dalam Frame Ekonomi Kesehatan

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Bulan Oktober selalu menjadi bulan dimana berita rokok menjadi topik utama pemberitaan di media daring maupun cetak, karena pada bulan inilah ada pengumuman cukai rokok oleh pemerintah.

Hal tersebut dinilai oleh Direktur Program Center For Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Anindita Sitepu, tidaklah cukup. Karena dampak negatif menghisap rokok yang menimbulkan korban tidak langsung, tidak dapat diperangi hanya dengan pemberitaan sesaat dari media.

Direktur CISDI, Anindita Sitepu – Foto: Ranny Supusepa

Anindita menyampaikan bahwa pemberitaan media masih sangat kurang dalam mengasosiasikan diskursus kenaikan tarif cukai sebagai bentuk upaya penurunan akses demi perlindungan kesehatan atau kepentingan umum.

“Ini terlihat dari jumlah pemberitaan dan konsepnya yang mengulang-ulang itu saja serta tidak kontinyu. Narsum yang itu-itu saja dan tidak ada jurnalis yang secara khusus mengikuti perkembangan dan memahami tentang seluk beluk rokok dan tembakau secara mendalam,” kata Anindita saat Diskusi ‘Polemik Cukai Rokok: Apa Peran Media’ di Jakarta, Selasa (9/10/2018).

Dari penelitian yang dilakukan CISDI dinyatakan Anindita membuktikan bahwa advokasi media kepada publik yang sifatnya memperingatkan kerugian konsumen dan pelaku bisnis akibat kenaikan tarif cukai cenderung lebih disukai dibandingkan isu rokok dalam frame ekonomi kesehatan.

Mengapa CISDI mendalami isu pengendalian tembakau dan cukai rokok? Anindita mengungkapkan alasannya adalah karena CISDI merupakan organisasi masyarakat yang bergerak di sistem penguatan kesehatan. Sehingga pengendalian rokok menjadi suatu yang tidak bisa lepas dari jangkauan CISDI.

Lihat juga...