Ibu Tien Soeharto Rekatkan Indonesia Lewat TMII

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

“Melihat dari atas dengan naik kereta gantung, sangat indah sekali Indonesia ini dengan ragam suku, agama dan budaya. Terasa adem di hati,” ujarnya.

Selain anjungan, ditampilkan juga museum-museum untuk mengabadikan sejarah bangsa Indonesia.

Terkait museum, Wawan berharap tidak ada lagi provinsi yang melepaskan diri dari Indonesia, seperti Timor-Timur. Yang kini anjungannya berubah menjadi museum Timor -Timur.

“Tahun 1975, 27 anjungan diresmikan berbarengan, termasuk Timor-Timur. Tapi sekarang lepas berdiri sendiri. Anjungannya jadi museum yang mengenalkan budaya Timor-Timur. Tapi tetap saja sedih, karena lepas dari Indonesia,” tukasnya.

Hal senada juga diharapkan untuk Aceh dan Papua. Apalagi sebut dia, Aceh itu adalah embrionya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Adapun embrio lainnya adalah Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.

“Ketika pertama kali Indonesia merdeka, penyumbang operasional negara adalah Kesultanan Yogyakarta dan Aceh. Aceh menyumbang emas dan pesawat terbang kenegaraan. Yogyakarta dan Aceh ini embiro NKRI, harus dijaga, begitu juga anjungan lainnya,” ujarnya.

Kini, lanjut dia, dalam perkembangannya, telah hadir 34 anjungan di TMII. Anjungan-anjungan itu menjadi penguat persatuan dan kesatuan NKRI. Setiap generasi muda bisa melihat prasasti bahwa Indonesia itu tidak berdiri sendiri. Tapi ditopang oleh 34 provinsi.

“Anjungan ini perekat dan penggugah untuk generasi melenial datang ke TMII melihat khazanah budaya bangsa,” tandasnya.

Wawan juga berharap setiap anjungan bisa eksis menampilkan daripada kekayaan khazanah seni budaya dan potensi daerahnya. Ketika provinsi kuat dengan simbol-simbol yang ada di anjungan. Maka Indonesia akan kuat dalam menghadapi berbagai goncangan.

Lihat juga...