Pemanfaatan Cuaca, Kunci Sukses Budidaya Ikan Air Tawar
Editor: Satmoko Budi Santoso
Kolam terbuat dari terpal yang diberi penutup plastik menghindari penguapan saat kemarau bahkan sementara dibiarkan kosong tanpa ditebar ikan.
“Suhu yang panas membuat air di kolam terpal cepat menguap dan menghambat perkembangan ikan yang dibesarkan sehingga harus menunggu musim hujan,” beber Suminah.
Warga Desa Mekar Mulya tersebut mengungkapkan, potensi budidaya ikan air tawar tetap harus memperhitungkan kondisi cuaca. Udara yang lebih sejuk saat musim penghujan turun sekaligus menjadi penopang bahan baku pakan.
Bahan baku pakan ikan diperoleh dari cacing darah disebutnya kerap diperoleh dari sejumlah selokan berisi air, sebagian dikembangkan dalam kolam khusus. Cacing darah atau cacing sutra menjadi pakan alami untuk benih ikan nila, gurame dan lele sebelum memasuki tahap pembesaran dan dijual.
Mengetahui pola perubahan musim dan cuaca, diakui Suminah, merupakan anjuran dari penyuluh perikanan dari Dinas Perikanan Lampung Selatan. Ia menyebut, meski tidak serta merta menghentikan usaha pembenihan ikan, saat kemarau ia dan sang suami, Hasan (42) memilih kembali melakukan usaha saat musim hujan dengan skala lebih besar.
Bak-bak penampungan bahkan sudah disiapkan untuk menampung air dari sumur ditambah air hujan.
Sebanyak 20 kolam terpal untuk pemijahan, pembesaran bahkan mulai disiapkan saat hujan mulai rutin turun di wilayah Lamsel dengan pasokan air mulai lancar. Prediksi permintaan usaha pembesaran ikan pun akan kembali bergairah.
Selama musim kemarau, permintaan akan benih ikan gurame, lele, dan nila menurun, karena pemilik kolam sebagian berhenti beroperasi. Dampak berkurangnya pasokan air.