Pipanisasi Air Bersih di Area Gempa

MATARAM  – Tebing setinggi sekitar 300 meter itu, mau tidak mau harus dituruni dengan teknik tersendiri yang hanya dimiliki kalangan pemanjat tebing saja, sembari ancaman angin besar dan longsoran terus mengintip.

Salah melangkah jurang sudah siap menyambut di bawah, demi menyambungkan pipa air setelah pipa sebelumnya hancur terkena gempa bumi.

Demikian disampaikan Alip Sutamanggala, relawan dari Yayasan Palawa Indonesia (YPI) yang juga anggota Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) Palawa, Universitas Padjadjaran, yang hampir dua bulan penuh berjibaku bersama warga menyambungkan kembali pipanisasi di Dusun Senaru, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yang merupakan jalur pendakian ke Gunung Rinjani. Pascamusibah bencana gempa tektonik yang melanda wilayah itu.

Semula dia seorang diri ke Dusun Senaru mewakili YPI dan PMPA Palawa Unpad untuk mendata permasalahan yang ada di daerah tersebut pada 2 September 2018, kemudian diketahui permasalahan utama pascagempa terletak pada tiadanya air. Saat tiba di dusun itu, warga mengeluhkan permasalahan air tersebut hingga harus membeli kebutuhan utama itu.

Dia pun berembug dengan tokoh masyarakat bersama warga untuk mengatasi kendala itu, setelah diketahui ternyata pokok utamanya adalah dua sumber mata air yang selama ini mengairi dusun di daerah tersebut, yakni, Batara Guru dan Loko Prabu sudah luluh lantak di terjang gempa termasuk pipanya.

“Saat itu, saya berpikiran masalah air adalah paling utama. Kalau air sudah teratasi maka semua persoalan pun akan diatasi secara bijaksana,” katanya yang juga pernah menjadi relawan saat musibah Tsunami Aceh pada 2004 silam.

Lihat juga...