Pipanisasi Air Bersih di Area Gempa
Setelah mendapatkan permasalahan itu, dia pun bersama warga mengecek kondisi sumber mata air terakhir dengan menapaki jalan setapak sembari khawatir akan terjadi longsoran akibat sesekali gempa susulan di daerah itu, sehingga setiap langkah kaki harus tetap waspada. Semula yang memungkinkan untuk pipanisasi ulang itu di sumber mata air Batrara Guru yang berjarak sekitar dua kilometer sampai ke penampungan Dusun Bataku.
Semula penampungan air dari Batara Guru itu di Dusun Senaru yang dikenalnya juga dusun adat daerah itu, namun karena posisinya yang telalu tinggi akhirnya diputuskan penampungannya ke Dusun Bataku yang posisinya lebih rendah, katanya yang rela meninggalkan istri dan anak-anaknya di Purwakarta, Jawa Barat.
Persoalan lainnya yakni bagaimana mencari pipa yang tentunya membutuhkan ratusan batang, kemudian dia melaporkan ke rekan-rekannya di Bandung khususnya YPI dan PMPA Palawa Unpad yang sudah melakukan pengumpulan donasi melalui Lombok Peduli.
“Alhamdulillah mendapatkan bantuan itu seperti dari anggota PMPA Palawa Unpad yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri, musisi Bandung, Pemkot Bandung, alumni Smanda Bogor, alumni SMPN 4 Bandung, Assunah dan Bali Mengaji, Mapala FE Unram dan Mapala Rinjani Unram, alumni Hukum 86 Unpad, sampai Sebumi Jakarta,” paparnya.
Untuk memasang pipa itu memerlukan waktu berminggu-minggu bersama-sama warga, serta aparat kepolisian dan TNI yang turut membantu juga. Medan yang ekstrem menjadi tantangan tersendiri saat memasang pipa tersebut. “Memasang pipa merupakan yang terberat,” katanya pendek.
Setiap memasang pipa, konsentrasi warga harus tetap memperhatikan kondisi di atas lintasannya mengingat tanahnya yang masih rapuh hingga tidak jarang ada bebatuan yang menggelinding ke bawah. Namun pekerjaan itu, mau tidak mau harus diselesaikan demi kebutuhan air bagi warga setempat teratasi.