Taufiq Ismail Mendukung Keberadaan Sanggar Sastra Balai Pustaka
Editor: Mahadeva WS
JAKARTA – Balai Pustaka mengadakan, Sanggar Sastra Balai Pustaka, yang bertujuan untuk melestarikan keberadaan karya sastra Nusantara. Diharapkan karya sastra semakin maju dan berkembang, di tengah minat baca masyarakat yang terus menurun.
Dalam Sanggar Sastra, yang kini sudah menginjak tahun ke-3, Balai Pustaka tetap menggandeng keberadaan Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia (KOMPI), dan Sanggar Matahari. Mereka menjadi penampil dan narasumber pelatihan.
Taufiq Ismail, salah satu sastrawan terkemuka, menyambut baik, dan mendukung adanya Sanggar Sastra Balai Pustaka. Keberadaan sanggar, dapat mendorong anak-anak muda, untuk belajar sastra. “Saya merasa terharu sekali, 73 tahun lalu, novel pertama yang saya baca adalah terbitan Balai Pustaka, judulnya Tak Putus Dirudung Malang, yang ditulis Sutan Takdir Alisyahbana,” kata Taufiq Ismail di Istana Peradaban Balai Pustaka, Jumat (30/11/2018).
Lelaki kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935 tersebut membeberkan, sejak saat itu, saat dimana Dia masih duduk di bangku kelas 5 SD, seterusnya hingga dewasa, Dia masih tetap membaca buku-buku terbitan Balai Pustaka. “Saya bersyukur dan berterima kasih pada Balai Pustaka, yang sejak kecil telah memberikan kesempatan kepada saya, untuk suka membaca dan kemudian suka menulis,” beber penerima penghargaan Anugerah Seni dari Pemerintah pada 1970 tersebut.
Balai Pustaka, disebut Taufiq, membuat Dirinya bangga, karena dapat menyaksikan keberadaan anak-anak muda belajar sastra. “Meski situasi literasi masih belum memenuhi keinginan dan harapan kita, tapi kita tetap semangat untuk mendorong anak-anak muda untuk suka dan belajar sastra,” tandasnya.