Umat Diminta Tidak Menyebar Ujaran Kebencian dan Saling Menghina

Editor: Mahadeva WS

JAKARTA – Umat, diminta untuk tidak menyebarkan ujaran kebencian dam saling menghina, di tahun politik Pemilihan Umum (Pemilu) 2019). Sementara tokoh agama, harus mengedepankan perannya dengan membentuk negara teokratis dan bukan negara sekuler.

Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Uung Sendana L.Linggaraja, mengatakan, tokoh lintas agama memiliki peran dalam membentuk negara teokraktis. “Sebenarnya, kan itu nggak bagus, menurut nilai-nilai agama,” ujar Uung, Kamis (15/11/2018).

Tokoh agama, bisa memberikan masukan atau peringatan kepada calon pemimpin, dan mudah-mudahan masukan tersebut bisa didengar. “Bahwa pemilu ini bukanlah untuk kepentingan sesaat,” tukasnya.

Menjadi pemimpin, adalah upaya bagaimana mewujudkan cita-cita negara, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Yaitu, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan juga menjadi bangsa yang terpandang di dunia. “Kami tentu bisa memberikan masukan kepada calon legeslatif (caleg), calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres), untuk tetap mengedepankan atau menjadikan satu tujuan utama, yang harus diperhatikan, yakni cita-cita negara ini. Bukan kepentingan sesaat, dengan mengorbankan apa yg diciptakan bersama,” tegasnya.

Masyarakat, harus paham, tidak boleh melupakan sejarah, bahwa Indonesia, dibentuk atas kesepakatan para pendiri bangsa. Indonesia adalah negara yang majemuk, terdiri dari berbagai etnis, suku bangsa dan agama, dalam bingkai ke-Bhinekaan Tunggal Ika.

Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama, Majelis Ulama Indonesia (KAUB MUI), Abdul Manan – Foto Sri Sugiarti
Lihat juga...