Banjir, Petani Panen Dini Padi

Editor: Mahadeva WS

LAMPUNG – Hujan deras yang mengakibatkan banjir pada Sabtu (1/12/2018), hingga Selasa (4/12/2018) masih berdampak pada lahan pertanian di Lampung Selatan. Puluhan hektare lahan sawah di Desa Sukaraja, Desa Sukamulya, Desa Pematang Baru, serta sejumlah desa di dekat tanggul Sungai Way Pisang, masih terendam air.

Kondisi tersebut, membuat petani memilih melakukan panen lebih cepat dari jadwal. Pemanenan melibatkan penyedia jasa ojek angkut gabah dan jasa pemanen menggunakan mesin combine harvester. Mulyadi, petani di Desa Pematang Baru, yang lahannya terendam banjir, mendatangkan pemilik mesin pemanen combine harvester lengkap dengan buruh angkut. Meski tanamannya masih terlihat berdiri tegak setelah terendam banjir, Mulyadi tidak mau berspekulasi dan memilih memanen lebih dini.

Menyewa mesin, berikut para pekerja, Mulyadi harus membayar Rp700.000. Ongkos tersebut belum termasuk ongkos ojek mengangkut padi ke rumah. “Pemanenan harus segera dilakukan, karena khawatir banjir susulan. Sementara tanggul penangkis jebol, belum diperbaiki,” ujar Mulyadi, Selasa (4/12/2018).

Mulyadi (topi kuning) pemilik sawah di Desa Pematang Baru Kecamatan Palas Lampung Selatan mempekerjakan sejumlah orang untuk memanen padi miliknya sesudah diterjang banjir luapan sungai Way Pisang – Foto Henk Widi

Mulyadi harus merogoh kocek Rp1 juta, untuk membiayai panen padi miliknya. Dia memilih mengeluarkan biaya ekstra untuk memanen padi, menghindari kerugian yang lebih besar, jika banjir kembali melanda. Badrun, operator mesin combine harvester, mendapat upah Rp100.000 perhari. Pekerja lain, yang bertugas mengumpulkan gabah, juga mendapat upah dengan nilai yang sama. Musim panen, disebut Badrun menjadi sumber penghasilan bagi orang yang tidak memiliki sawah sepertinya.

Lihat juga...