Belajar Keragaman Budaya Yogyakarta di TMII

Editor: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menampilkan replika Rumah Adat Mataram atau Keraton Mataraman, sebagai bangunan induk.

Rumah adat ini dibagi menjadi tiga bagian. Diantaranya adalah bagian depan yang disebut Pendopo Agung atau Bangsal Kencono. Yang difungsikan sebagai tempat menerima tamu dan pementasan kesenian Yogyakarta.

Pendopo Agung ini bangunan tanpa dinding dengan empat Soko Guru atau tiang utama yang didukung tiang-tiang pembantu di seputarnya.

“Arsitektur replika rumah adat Mataram ini adalah bangunan keraton atau istana Yogyakarta. Semua tiangnya berbahan kayu berukir, dengan corak ragam hias yang berasal dari aliran Hindu, Budha, dan Islam,” kata Pranata Anjungan DI Yogyakarta TMII, Ngatiman, kepada Cendana News, Rabu (5/12/2018).

Ruang Pendopo Agung ini, jelas dia, dilengkapi seperangkat gamelan Jawa, yaitu Kyai Shanti Mulyo (Laras Pelog) dan Kyai Rajah atau Laras Slendro.

Pranata Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta TMII, Ngatiman. Foto : Sri Sugiarti.

Bagian tengah bangunan disebut Pringgitan, yakni berasal dari kata ringgit yang artinya wayang kulit. “Di Pringgitan ini kerap digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Kesenian adiluhung masyarakat Jawa,” ujarnya.

Adapun sebut dia, diantara Pendopo Agung dan Pringgitan, terdapat ruangan Longkangan, yang berfungsi sebagai tempat latihan kesenian dan pentas seni budaya Yogyakarta.

Berlanjut ke dalam ruangan adalah Dalem Ageng atau istilah keraton Yogyakarta dinamakan Bangsal Proboyekso.

Ruangan ini jelas Ngatiman, dipamerkan berbagai replika antik. Antara lain, tempat tidur kuno berbahan marmer. “Tempat tidur antik ini peninggalan Sultan Hamengkubuwono ke V,” ujarnya.

Lihat juga...