BMKG Lampung: Fenomena Pasang Tinggi, Bukan Tsunami
Editor: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Sejumlah warga yang tinggal di wilayah pesisir Kalianda, Rajabasa, Bakauheni dan sekitarnya sempat dibuat panik akibat gelombang pasang melanda wilayah tersebut.
Air laut yang sebagian surut di sejumlah wilayah terutama di wilayah Bakauheni dan sebagian pasang di pesisir Kalianda membuat isu tsunami cepat merebak. Imbasnya, warga mencari lokasi aman untuk menyelamatkan diri dengan adanya air laut yang naik ke daratan.
Pasang yang melanda wilayah Kalianda bahkan sebagian terjadi di wilayah dermaga Bom Kalianda dan sejumlah wilayah Kalianda. Sebaliknya di wilayah pesisir Bakauheni air laut justru surut terutama di wilayah Keramat, Muara Piluk hingga Pelabuhan Bakauheni.
Kehebohan terlihat saat di media sosial sejumlah warga melakukan siaran langsung terkait fenomena pasang air laut yang dikhawatirkan merupakan tsunami.
Terkait kondisi tersebut, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung, Sugiyono, saat dikonfirmasi menyebut, isu tsunami yang ada di pesisir Lampung tidak benar. Ia bahkan menyebut, bila terjadi tsunami atau gempa bumi pihaknya selaku institusi resmi pemerintah akan memberi peringatan dini (early warning) dan informasi lebih lanjut.
“Sampai saat ini dipastikan fenomena pasang maksimum dan bukan tsunami. Kami imbau agar warga tidak panik dan tetap tenang,” terang Sugiyono, Kepala BMKG Lampung, saat dikonfirmasi Cendana News, Sabtu (22/12/2018) malam.
Sugiyono menyebut, pada 22 Desember 2018 pukul 22:00 telah terjadi kenaikan air laut hingga mencapai pemukiman rumah warga. Berdasarkan data, perkiraan pasang surut air laut dari Dishidros, pasang maksimum air laut terjadi pada pukul 18.00 – 19.00 WIB dengan tinggi hingga 1.5 meter.