Dinas: Banyaknya Pemodal Besar, tak Matikan Petani Kecil
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Akhir-akhir ini, semakin banyak pemodal di Kabupaten Sikka, beralih dari bisnis jual-beli barang kebutuhan dengan membuka toko ke dunia usaha bercocok tanam, dengan memberikan modal kepada petani dan menerima bagi hasil keuntungan.
“Tanpa disadari, hal ini akan merugikan petani lokal yang masih berpikir menjadi orang beruntung, karena mampu mencukupi urusan konsumsinya setiap hari. Petani kita masih memegang prinsip, ‘yang penting masih bisa makan nasi sepring’, sementara untuk kebutuhan lain digadaikan,” tegas Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM), Senin (17/12/2018).
Bukan tidak beralasan, kata Win, sapaannya, para pemodal tersebut mencari peluang usaha tani, karena mendapatkan keuntungan besar di bidang ini. Selain itu, tanggung jawab pajaknya pun rendah.
“Hal ini tentu berbanding terbalik dengan usaha lain, seperti membuka toko. Di samping memiliki tanggung jawab pajak yang tinggi, pasaran peluang usaha ini semakin rendah dengan maraknya jual beli online,” sebutnya.
Dalam setiap pertemuan dengan Gapoktan di Kabupaten Sikka, Wim selalu menyerukan, agar petani menyadari peluang usaha di dunia pertanian, karena usaha pertanian sebenarnya sangat menguntungkan.
“Yang membuat petani kurang berhasil adalah kurangnya motivasi dan semangat berusaha. Mereka juga menganggap, menjadi petani adalah golongan yang kurang beruntung atau golongan kedua,” tuturnya.
Untuk itu, tandas Win, ke depan petani harus membenahi usahanya. Harus lebih fokus pada usahanya, menjadi petani harus boa joang, yang dalam bahasa Sikka, artinya riang gembira.