Indonesia Perlu Banyak Peneliti yang Mau Menulis

Editor: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Indonesia begitu kaya dengan budaya, adat istiadat dan sejarah warisan nenek moyang. Sayangnya, profesi peneliti di Indonesia sangat sedikit sekali. Untuk itu, Wardiman Djojonegoro menekankan bahwa Indonesia perlu banyak peneliti yang mau menulis.

“Melestarikan itu merupakan suatu keharusan, tapi di Indonesia banyak hambatan, seperti di antaranya, hambatan budaya, yaitu kesadaran kita akan sejarah. Kesadaran menghormati dan memelihara hasil-hasil sejarah warisan nenek moyang, masih tipis, “ kata Prof. Ir. DR. Wardiman Djojonegoro dalam acara Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, belum lama ini.

Lelaki kelahiran Pamekasan, Madura, 22 Juni 1934 itu, membeberkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melestarikan kebudayaan. Yaitu pertama, bagaimana menginspirasi masyarakat agar mau menghargai hasil-hasil sejarah warisan nenek moyang.

“Kemudian, kedua, banyak naskah dan banyak peninggalan sejarah, tapi yang mana yang harus dipilah, yang penting. Karena kalau semua tidak mungkin, tidak ada orang, tidak ada dana. Jadi kita perlu banyak peneliti yang bisa memilah-milah itu,” bebernya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1993 hingga tahun 1998 di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VI itu, juga menyayangkan jumlah peneliti di Indonesia relatif sedikit.

“Meskipun lulusan sejarah banyak, tapi pada umumnya mereka meneliti sejarah setelah tahun 1900. Bukan sejarah nenek moyang,” ungkapnya.

Pada persoalan teknis, lanjut Wardiman, untuk pelestarian barang-barang bersejarah yang ada,  kekurangan tempat, kekurangan dana, apalagi untuk menyimpan dengan baik. Karena harus ada AC di Indonesia cepat rusak,” paparnya.

Lihat juga...