JMP, Fasilitas Penyelamat Kemacetan Tanah Abang

Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang - Foto istimewa

Sayangnya, target yang dikira dapat tercapai itu tidak seindah ekspektasi. Peresmian jembatan penghubung transportasi umum dalam Jak Lingko itu terus terulur. Padahal, bila skybridge selesai tepat waktu, espektasi dapat mengurangi kemacetan di Tanah Abang bisa tercapai. JPM memberi ruang bagi PKL, yang selama ini kesulitan mencari lahan, untuk menjajakan barang dagangannya.

Pada hakikatnya, jembatan penghubung seperti yang ada di Tanah Abang, berfungsi untuk fasilitas penghubung antarmanusia, bukan menjadi tempat PKL berjualan. “Penataan PKL di JPM dianggap tidak bermasalah, selagi tidak menghilangkan fungsi utama jembatan itu sendiri,” ungkap Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus.

Alfred menyebut, jembatan perlu terintegrasi dengan moda angkutan umum, agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung. “Skybridge Tanah Abang dikatakan bermanfaat, apabila langsung terintegrasi dengan angkutan umum lain,” tandasnya.

Saran tersebut ditanggapi Pemprov DKI, dengan mengintegrasikan jembatan-Stasiun Tanah Abang dengan membangun halte bus Transjakarta, serta penyediaan mikro bus di kawasan perdagangan tersebut.

Kesepakatan antara Pemprov DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI), terkait fasilitas sosial penunjang demi kenyamanan pengguna skybridge, sempat mengalami kendala. Dampaknya, peresmian skybridge mengalami penundaan.

Senior Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta, Edy Kuswoyo, permintaan pembangunan fasilitas itu, berdasarkan jumlah penumpang di Stasiun Tanah Abang. Tercatat saat ini, ada sekira 130 ribu penumpang per hari di Stasiun Tanah Abang. Dengan jumlah penumpang tersebut, dari perhitungan PT KAI, dibutuhkan gate tapping yang cukup banyak. Jika di stasiun biasa, total gate tapping maksimal tujuh. Untuk Stasiun Tanah Abang yang terintegrasi dengan JPM, jumlahnya harus 13 gate tapping, dengan alasan kelancaran arus pengguna jasa setiap harinya.

Lihat juga...