Jose Rizal Manua: Kesenian Kita Sangat Kaya
Editor: Makmun Hidayat
Menurut Jose, tantangan mementaskan nakah karya Putu Wijaya karena dalam cerita-ceritanya hampir tidak ada karakter. “Karakter-karakternya selalu dimentahkan sendiri oleh situasi atau oleh perjalanan peran,“ ungkapnya.
Makanya, lanjut Jose, dalam naskah-naskah Putu Wijaya tidak menyebutkan nama-nama seperti Toni, Tuti atau lainnya, selalu namanya Pak Bupati, Pak Camat atau lainnya.
“Nama-nama perannya, kadang-kadang memakai Yang Kalah, Yang Marah, dan lain-lain, jadi bukan watak sebagaimana umumnya cerita-cerita yang kita kenal,“ terangnya.
Jose menyebut naskah-naskah Putu Wiaya sangat unik, selalu keluar masuk dan bertolak teater tradisi dimana ada interaksi antara pemain dengan penonton.
“Hal ini istimewa tidak ada di dunia, mereka belajar dari kita, ketika pentas pemain anak-anak mengajak penonton naik ke atas panggung dan masuk dalam ceritanya, tradisi mereka terpisah antara pemain dengan penontonnya,“ paparnya.
Menurut Jose, kesenian kita sangat kaya sekali. “Kalau melihat pertunjukan tadi, kita bisa lihat istimewanya, bagaimana mengaktualisasikan agar orang dari seluruh dunia bisa memahami kebudayaan kita, bukan semata-mata budaya itu kita usung ke atas panggung, tapi harus kita re-create, kita kraesikan kembali dan kita aktualisasikan,“ tandasnya.
Adapun, Dirut Balai Pustaka, Achmad Fachrodji menyampaikan apresiasi yang tinggi pada Teater Tanah Air mementaskan kembali naskah ‘Help’ karya Putu Wijaya di TIM
“Kita mendengar Teater Tanah Air dengan pementasan ‘Help’ meraih banyak prestasi dunia di berbagai pentas di Rusia, Jerman, maupun Jepang. Jadi alangkah tidak eloknya kalau sudah banyak prestasi dunia tapi tidak ditampilkan di negeri sendiri,“ katanya.