Meilita menyebut, ia menyediakan terompet tidak hanya menjelang tahun baru. Terompet ukuran kecil masih memiliki permintaan yang cukup banyak, terutama bagi anak-anak.
Sepekan sebelumnya, Meilita mengaku mendapatkan permintaan terompet untuk acara ulang tahun, lengkap dengan balon serta topi kerucut. Ia optimis, permintaan terompet akan semakin banyak menjelang tahun baru nanti.
Penjual terompet lainnya, Putri, mengaku hanya berjualan terompet musiman. Terompet yang dijualnya merupakan titipan dari salah satu distributor.
Tahun lalu, terompet yang dijual bisa mencapai 1.000 buah. Terompet tersebut selanjutnya dititipkan di sejumlah kios yang berada di dekat jalan raya, sekaligus dekat dengan objel wisata. Satu kios kerap memesan 200 hingga 300 terompet berbagai ukuran.
“Tahun sebelumnya, fokus penjualan terompet hanya ada di dekat Menara Siger, karena kerap digunakan sebagai lokasi pergantian tahun, kini semakin banyak objek wisata jadi pilihan,” terang Putri.
Sejumlah tempat yang digunakan untuk lokasi acara pergantian tahun, di antaranya pantai Belebuk, pantai Minang Rua dan sejumlah pantai di Kalianda.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pedagang terompet lain untuk menjual terompet. Ia menyebut, sepinya penjualan terompet tahun ini, merupakan buntut dari adanya hoaks yang tersebar, terkait penyakit yang bisa menular melalui terompet, termasuk HIV/AIDS.
Sepinya penjualan terompet jelang pergantian tahun, juga diakui oleh Suwito, petugas tiket di objek wisata Menara Siger. Tahun sebelumnya, pedagang terompet kerap sudah banyak di sekitar objek wisata Menara Siger.
Menurutnya, maraknya penjual terompet akan terjadi mendekati malam pergantian tahun. Terlebih pada tahun ini, malam pergantian tahun akan diisi dengan sejumlah hiburan musik serta pesta kembang api di Menara Siger.