Sulap Koran Bekas Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomi Tinggi

Editor: Satmoko Budi Santoso

BANGLI – Siapa bilang koran bekas tidak bermanfaat? Jika dikelola dengan baik oleh orang-orang yang mempunyai keterampilan akan menghasilkan sesuatu yang bernilai secara ekonomis.

Seperti yang dilakukan oleh I Nyoman Juniada, misalnya. Pria beralamat di Banjar Dinas Petung, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini, membuat kerajinan bokor dan keben yang merupakan wadah banten atau tempat sesaji sebagai salah satu sarana upacara dalam agama Hindu.

Nyoman Juniada, sapaan akrabnya, menceritakan, awal mula usaha yang  dirintis sejak 2017 lalu. Ide untuk menekuni usaha ini berawal ketika ia menjadi seorang warga binaan di Rumah Tahanan Bangli.

“Saya mulai belajar bulan Februari 2016 saat masih di dalam Rutan. Di sanalah saya diajari membuat kerajinan tangan dari koran bekas. Dibuat bermacam-macam seperti tempat tisu, pot bunga, dan salah satunya keben serta bokor ini, Mas,” ucap Nyoman Juniada, saat ditemui, Selasa (4/12/2018).

Selepas keluar dari dalam rutan, kemudian ia berpikir untuk menekuni hobi baru kerajinan tangan tersebut. Ia melihat potensi untuk pasar keben dan bokor lebih menjanjikan, karena merupakan salah satu kebutuhan masyarakat Hindu Bali untuk melakukan sembahyang. Maka, ia memutuskan fokus membuat kerajinan tersebut.

“Kebetulan saya dulu suka membuat keben dan bokor ini waktu di dalam Rutan,” imbuh Juniada.

Juniada bercerita, untuk bahan baku yang digunakan cukup mudah, didapat di lingkungan sekitar. Seperti koran bekas, lem fox, lem g ,kater, penggaris. Tidak susah untuk membuat kerajinan ini. Cara membuatnya pun cukup mudah. Misalnya, koran dipotong menjadi 3 jenis potongan, 1 lembar dijadikan 4 potongan. Untuk isinya, lembar koran dijadikan 8 potongan agar memperoleh bentuk.

Lihat juga...