2018, Kasus Perceraian di Bogor, Turun
BOGOR – Angka perceraian di Kota Bogor, Jawa Barat, 2018, mengalami penurunan untuk pertama kalinya sebesar 10 persen, sehingga Wali Kota setempat, Bima Arya Sugiarto, mengapresiasi hal tersebut sebagai capaian yang membanggakan.
Ia di Bogor, Selasa, mengatakan, tanggal 3 Januari 2019 dirinya mendapat laporan dari Kepala Pengadilan Agama Kota Bogor yang menyampaikan data penurunan angka perceraian tersebut.
“Ketua Pengadilan Agama menyampaikan, saya kaget baru membaca data angka perceraian turun. 10 persen itu lumayan, biasanya naik, ini malah turun,” ujarnya.
Penurunan ini menjadi faktor yang membanggakan bagi Pemerintah Kota Bogor di tahun ini. Karena sejak 2014 angka perceraian trennya naik bukan turun.
“Wallahualam bishawab apa penyebabnya, tapi yang pasti angka yang membahagiakan,” kata Bima. Untuk memastikan hal ini, ia melakukan pengecekan di kepegawaian untuk melihat apakah angka perceraian di kalangan aparatur sipil negara (ASN) menunjukkan penurunan.
Berdasarkan data kepegawaian, perceraian di internal ASN sejak 2011 sampai 2018 tercatat, delapan kasus pada 2011, sembilan kasus di 2012, 11 kasus di 2013, lalu 15 kasus di 2014, bertahan 15 kasus di 2015, lalu naik 18 kasus di 2016.
“2017 ada 22 kasus perceraian di internal ASN, dan 2018 turun menjadi 15 kasus. Sama ternyata, secara internal pegawai naik dan kemudian turun,” katanya.
Bima menambahkan, dirinya belajar dari Gubenur Sulawesi Selatan, Prof. Nurdin Abdullah, yang semasa menjabat sebagai Bupati Bantaeng gencar membangun ruang terbuka publik. Tujuan Pemerintah Kota Bogor membangun ruang terbuka publik antara lain untuk membangun ketahanan keluarga.