Curah Hujan Belum Maksimal, Petani Lamsel Andalkan Cabai Jamu
Editor: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Curah hujan yang belum maksimal turun di wilayah Lampung Selatan (Lamsel) berimbas petani kesulitan menggarap lahan pertanian terutama sawah.
Meski kondisi cuaca belum berpihak kepada petani, pemilik lahan pertanian di sejumlah desa di kecamatan Penengahan Lamsel masih bisa memanen cabai jamu (Piper retrofractum) atau dikenal juga dengan cabai jamu puyang.
Tanaman tersebut diakuinya tidak terlalu membutuhkan air dan bisa ditanam tumpangsari bersama tanaman pokok lain.
Mulyono, salah satu petani penanam cabai jamu di desa Banjarmasin, kecamatan Penengahan, menanam sekitar 300 lebih batang cabai jamu. Tanaman cabai jamu disebutnya dirambatkan pada pohon jengkol sebagian pada tanaman karet.
Potensi penanaman cabai jamu diakuinya dilakukan melihat harga per kilogram cabai jamu kering cukup menjanjikan. Harga cabai jamu di level petani diakuinya saat ini mencapai Rp55.000 hingga 65.000 dalam kondisi kering.
Mulyono menyebut, rencananya lahan akan ditanami jagung hibrida dan jagung manis, namun curah hujan belum merata membuat ia mengurungkan niatnya. Sejumlah petani yang sudah nekad menanam jagung diakui Mulyono harus merelakan sebagian tanaman jagung layu bahkan mati.
Ratusan tanaman cabai jamu disebutnya masih tetap bertahan karena ditanam merambat pada pohon peneduh. Satu rumpun tanaman cabai jamu diakuinya bisa menghasilkan sekitar 5 hingga 10 kilogram cabai jamu.
“Cabai jamu sebetulnya merupakan tanaman sampingan karena lahan dipergunakan untuk menanam jagung dengan kondisi cuaca dengan intensitas hujan belum merata. Tanaman cabai jamu bisa menjadi harapan,” terang Mulyono, salah satu petani penanam cabai jamu, saat ditemui Cendana News, Senin (21/1/2019).