Densus 88: Indonesia tak Mudah Terjebak Konflik Perang Saudara
JAKARTA — Kepala Bagian (Kabag) Banops Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Kombes Pol Ahmad Nurwahid, mengatakan karena lima hal yang membuat Indonesia tidak akan mudah “di-Suriahkan”.
“Kalau bilang jangan Suriahkan Indonesia, segala prasyarat apa yang terjadi di Suriah, di Indonesia itu ada semua,” kata Ahmad di Gedung Dakwah Muhamamdiyah, Jakarta, Jumat (18/12019).
Akan tetapi, kata dia, Indonesia tidak mudah terjebak dalam konflik perang saudara salah satunya karena pertama memiliki Pancasila. Pancasila mampu menjadi dasar negara yang mendorong warganya untuk mampu hidup dalam harmoni meski memiliki latar belakang perbedaan.
“Kedua, struktur sosial kita teratur, kuat, bagus dengan adanya ormas moderat, kuat dan besar bil khusus Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama juga,” kata dia.
Dua organisasi kemasyarakatan tersebut, kata dia, beroperasi secara moderat meskipun terkadang berseberangan sehingga pemerintah tidak berhadapan dengan ormas oposisi atau golongan yang mudah terpicu konflik.
Ketiga, kata dia, unsur tentara dan polisi Indonesia solid sehingga Indonesia tidak mudah “di-Suriahkan”. Berbeda dengan di Suriah saat terjadi penertiban aksi demonstrasi justru tentara dan polisi di negara itu membelot ikut memberontak.
Keempat, lanjut dia, Indonesia memiliki modal sosial berupa gotong royong sehingga ikut meredam tensi konflik. Kultur di Timur Tengah keras dan cenderung sulit untuk menghentikan perselisihan.
Dia mengatakan terdapat kultur silaturahmi yang baik di Indonesia seperti adanya halal bi halal, kenduri dan semacamnya.
Kelima, kata dia, Indonesia diberi anugerah oleh Tuhan sebagai secuil tanah surga. “Ulama di luar negeri bertanya Indonesia seperti secuil tanah di surga, saya jawab betul. Maka Tuhan berkepentingan menjaga Indonesia ini. Jangan hancur dulu deh,” katanya. (Ant)