Kebijakan Pengelolaan Sampah di Purwokerto, Menuai Masalah

Editor: Satmoko Budi Santoso

PURWOKERTO – Pemberlakuan kebijakan sistem pengolahan sampah baru, pilah-manfaatkan-musnahkan, mulai menuai permasalahan.

Akibat keterbatasan hanggar (tempat pengolahan sampah) serta lokasi pembuangan, dimana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel sudah ditutup, sampah mulai menumpuk di beberapa lokasi di Kota Purwokerto.

Ketua RW X Perumahan Bancarkembar, Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Priyono mengatakan, sudah tiga hari sampah di perumahan tersebut tidak diangkut dan titik kumpul sampah di tepi jalan menjadi lautan sampah. Bau tidak sedap juga mulai menyebar.

ʺWarga di sini sudah resah, sampah tiga hari tidak diangkut, baunya ke mana-mana, sampahnya juga berderet dan menumpuk. Terlebih saat hujan turun, baunya sampai ke rumah-rumah,ʺ tuturnya, Rabu (9/1/2019).

Ketua RW 10 Perum Bancarkembar, Priyono. Foto: Hermiana E Effendi

Priyono mengaku, sudah menghubungi berbagai pihak, dari pengelola hanggar sampai Dinas Lingkungan Hidup (DLH), bahkan sampai ke bupati. Namun, tidak juga ada solusi. Dari pihak hanggar Karangcegak saat dihubungi, mengatakan, belum ada kendaraan untuk mengangkut.

ʺSaya menghubungi ketua hanggar Karangcegak, katanya di hanggar sampah penuh dan belum ada truk sampah yang bisa didatangkan ke Bancarkembar. Saya sampai mengirim foto tumpukan sampah ke bupati, tetapi tidak direspon. Kemudian saya menghubungi DLH dan baru pada sore hari, dikirim petugas pengangkut sampah,ʺ terangnya.

Menurut Priyono, warga di Perumahan Bancarkembar tidak keberatan dengan pola baru pengolahan sampah atau pun besaran iuran yang ditetapkan. Hanya saja, warga menginginkan adanya kepastian sampah bisa terangkut setiap hari. Sebab, di lokasi tersebut berdampingan dua perumahan, yaitu Perum Bancarkembar dan Perum Limas Agung, sehingga setiap hari produksi sampah cukup banyak.

Lihat juga...