Korban Likuefaksi Petobo Kesulitan Air Bersih
PALU – Warga korban bencana gempa dan likuefaksi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang berada di posko pengungsian, mengalami kesulitan air bersih.
“Susah air untuk mandi dan minum dan kebutuhan lainnya. Apalagi sudah jarang ada bantuan air, yang biasa dibawa oleh mobil tangki,” ujar warga RT 1/RW 5, Kelurahan Petobo, Abd Naim, Rabu (2/1/2019).
Kesulitan air, bukan baru terjadi atau baru dialami warga. Hal itu, telah dialami oleh warga korban gempa dan tsunami kurang lebih tiga bulan lamanya. Sekira 1.642 Kepala Keluarga (KK), yang semuanya berjumlah 3.800 jiwa, korban gempa dan likuefaksi Kelurahan Petobo, saat ini berada di lokasi pengungsian.
Posko berada di jalan Jepang, atau sebelah timur area likuefaksi. Naim menyebut, wilayah yang ditempati korban di pengungsian, merupakan wilayah yang kering dan tandus, sehingga warga sulit mendapat air. Untuk mendapat air, warga harus menggali tanah dengan alat dan mesin. Kedalaman galian bervariasi, mulai dari 50 meter hingga 100 meter. “Kami sangat berharap agar kesulitan ini segera dicarikan solusi oleh pemerintah. Pemerintah harus menyediakan air bersih untuk masyarakat korban bencana,” katanya.
Agar kebutuhan air bersih terpenuhi, warga harus rela pergi ke kompleks perumahan Jingga Land, dan beberapa perumahan lain, yang berjarak sekira 500 meter dari posko pengungsian. Naim menyebut, warga menyesalkan ulah oknum yang melakukan tindakan tidak terpuji, mengkorupsi dana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), untuk korban bencana termasuk di Palu.
Sebelumnya, Anggota DPRD Sulawesi Tengah, Muhammad Masykur, mendesak pemerintah segera merampungkan pembangunan SPAM, yang meliputi Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala. Masykur mengatakan, di 2009, negara melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meluncurkan mega proyek SPAM di Sulteng. Pekerjaannya ini dilaksanakan secara tahun jamak (multi years).