Literasi Benteng Bangsa Hadapi Hoaks
JAKARTA – Literasi atau pengetahuan/kemampuan terkait bahasa dan membaca, bisa menjadi daya pertahanan bagi bangsa, berkenaan maraknya kabar bohong atau hoaks.
“Namun, tingkat kemampuan/pengetahuan literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah, kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Reni Marlinawati, dalam Proyeksi Awal Tahun 2019. Minggu (6/1/2019).
Ia menyatakan prihatin terhadap rendahnya tingkat literasi masyarakat di Indonesia.
Merujuk data “Programme for International Student Assessment” (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca. Sedangkan menurut data “The World Most Literate Nation Study”, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.
Data ini harus direspons pemerintah dan pihak terkait, untuk membuat terobosan out of the box, guna meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia.
Salah satu yang bisa dilakukan, misalnya, mendorong pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap buku, tidak hanya pada buku ajar saja, tetap jenis buku lainnya.
“Hal ini mengingat literasi juga menjadi daya pertahanan bagi bangsa ini atas maraknya hoaks,” katanya.
Pada bagian lain, dia mengemukakan, rencana pemerintah untuk kembali memasukkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), perlu segera direalisasikan pada tahun ajaran baru 2019/2020.
“Hanya saja, pemerintah harus memodifikasi PMP, agar tak menjadi mata pelajaran yang sifatnya komplementer, indoktrinasi dan menjenuhkan bagi anak didik,” katanya.
Menurut dia, PMP harus menjadi benteng ideologi bangsa sejak dini bagi anak didik, dengan mengemas sesuai dengan usia anak didik yang berkarakter milenial ini.