Marjin Keuntungan Maskapai Penerbangan Global Terus Tertekan
JENEWA – Hasil keuangan kuartal ketiga 2018 menunjukkan, marjin keuntungan maskapai penerbangan global terus tertekan. Hal itu dikarenakan tahun lalu, biaya input yang ditanggung lebih tinggi.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan, dalam Monitor Keuangan Maskapai Penerbangan Desember, arus kas bebas juga menurun secara moderat di kuartal tersebut. “Pasar ekuitas telah bergejolak dalam beberapa bulan terakhir,” kata IATA, Sabtu (19/1/2019).
Organisasi tersebut juga mencatat, harga-harga saham maskapai global turun hampir 10 persen di Desember. Penurunan ini diimbangi kenaikan ukuran serupa, yang diamati pada November, ketika sentimen pasar pada maskapai penerbangan bergerak bersama harga minyak dan resiko resesi. “Harga minyak mentah Brent saat ini sekitar 60 dolar AS, 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan nilai yang terlihat selama puncak harga pada awal Oktober,” kata IATA.
Imbal hasil penumpang dengan tarif dasar terus berada di bawah tekanan ke bawah. “Itu mengatakan, imbal hasil dalam kabin premium yang kurang sensitif terhadap harga telah cenderung naik baru-baru ini, membantu maskapai penerbangan untuk memulihkan bagian dari kenaikan dalam biaya-biaya unit (satuan),” kata IATA.
Penadapatan per kilometer penumpang dalam industri penerbangan naik 6,2 persen dari tahun ke tahun pada November. Sedangkan pertumbuhan volume angkutan terhenti. Di samping volatilitas yang lebih luas di pasar ekuitas global, indeks harga saham maskapai penerbangan dunia turun 9,4 persen pada Desember, ke level yang terakhir terlihat dua tahun lalu.
Ketiga sub-indeks maskapai regional menurun selama bulan tersebut, dipimpin oleh Amerika Utara yang jatuh 16,5 persen. Indeks Eropa merosot 5,6 persen dan Asia Pasifik turun 2,5 persen. Harga-harga saham maskapai penerbangan global turun 20 persen selama 2018, dibandingkan dengan penurunan 11,3 persen di pasar ekuitas dunia. “Kinerja di bawah rata-rata dari saham maskapai penerbangan terjadi selama 2018, terutama mencerminkan kekhawatiran investor, tentang dampak kenaikan biaya pada kinerja keuangan maskapai,” kata IATA.