Masaat, Tetap Semangat Berjualan Mainan Anak
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Usia tua, tak menghalangi Masaat, untuk tetap semangat berjualan mainan anak-anak. Meski barang dagangannya, berbahan limbah kayu sisa produksi pabrik, Masaat, tetap optimis mampu bersaing mainan plastik produksi pabrik.
“Saya berjualan mainan anak-anak sejak 1977,” kata Masaat, seorang penjual mainan anak-anak Jalan Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan, Selasa (1/1/2019).
Lelaki kelahiran Serang, 3 Januari 1942 itu membeberkan, toko jualannya telah mengalami banyak perubahan. Pada awal usaha di 1977, toko masih memiliki halaman yang cukup luas. Namun kini jalan di depan toko berkembang, mulai dari penambahan trotoar dan pelebaran jalan. Mengenai harga, Masaat menyebut, juga mengalami banyak perubahan. Dulu, mainan kincir angin di 1977, harganya Rp400. Di tahun 80-an harganya naik menjadi Rp4 ribu. “Setelah krismon, naik lagi menjadi Rp40 ribu sampai sekarang,” ungkapnya.
Masaat menyebut, pada awalnya Dia iseng membuat mainan kincir, dengan modal awal sekira Rp80 ribu. Ternyata mainan kincir buatannya banyak yang suka. Akhirnya banyak yang memesan untuk dijual di tempat lain. Setelah banyak pesanan, Masaat, memberi modal pada orang Karawang, untuk membuat kerajinan mainan anak-anak. Mulai dari membuat kincir angin, kemudian berkembang membuat mobil-mobilan, truk, kereta api, bajaj hingga busway.
“Dulu banyak sekali yang bikin mainan anak-anak, dan kita tinggal yang menjual di toko ini, tapi sejak krismon, mainan anak-anak menjadi berkurang, kita jadi kesulitan mendapatkan barangnya dagangan,” ujarnya.
Masaat berharap ada yang memberinya modal, agar Dia bisa membuat pabrik mainan anak-anak. “Masalahnya saya tidak punya agunan, jadi sampai sekarang kita tidak mendapatkan modal dari bank, yang mewajibkan pinjaman harus punya agunan, semoga nanti ada kemudahan mendapatkan modal,“ harapnya.